Data Belum Beres, Pemerintah Diminta Tak Buru-Buru Jalankan Subsidi Tertutup Elpiji 3 Kg
Pemerintah diminta tidak terburu-buru menerapkan penyaluran subsidi tertutup liquefield petroleum gas (LPG) tabung 3 kg atau Elpiji Melon
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah diminta tidak terburu-buru menerapkan penyaluran subsidi tertutup liquefield petroleum gas (LPG) tabung 3 kg atau Elpiji Melon, yang direncanakan berjalan pada 2022.
Anggota Komisi VII DPR Syaikhul Islam mengatakan, Fraksi PKB meminta Kementerian ESDM melakukan kajian secara mendalam terkait penyaluran subsidi tertutup LPG 3 kg, karena Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) masih bermasalah.
Baca juga: Wakil Ketua DPD RI Apresiasi Pertamina Karena Elpiji Hadir di Perbatasan Indonesia-Malaysia
"Data ini kan luar biasa pelik di Republik ini, kemarin KPK merilis ada 14 juta penerima bansos yang tidak punya NIK. Kemudian, Bu Risma (Mensos) mengatakan ada sekitar 4 juta penerima Bansos yang fiktif," papar Syaikhul saat rapat dengan Menteri ESDM di Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (2/6/2021).
Menurutnya, jika pemerintah menyalurkan subsidi tetutup LPG 3 kg dengan data yang ada pada saat ini, maka akan menimbulkan masalah kemudian hari dan dapat menambah jumlah orang miskin di dalam negeri.
"Semoga ini tidak terjadi. Jadi kami berharap distribusi LPG 3 kilo gram boleh dilakukan kalau datanya sudah benar, tidak perlu terburu-buru," paparnya.
Syaikhul pun meminta laporan uji coba pelaksanaan uji coba subsidi tetutup LPG 3 kg yang telah dijalankan di Kalimantan Utara.
"Dampak sosialnya bagaimana? Dampak ekonominya seperti apa? Kan belum disampaikan ke kami, padahal ini sudah lama diuji coba di Tarakan," ucap Syaikhul.