Industri Refraktori dan Keramik Tumbuh Pesat di Triwulan 1 2021
Industri keramik Indonesia saat ini menduduki peringkat ke delapan dunia, dengan kapasitas produksi terpasang 538 juta m2 per-tahun
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri refraktori merupakan sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya.
Hasil dari industri refraktori ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Muhammad Khayam, optimistis apabila industri refraktori tumbuh berkembang dan memiliki performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas, khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.
"Pada triwulan I tahun 2021, kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri pengolahan sebesar 2,57 persen dan perkembangan nilai investasi industri bahan galian nonlogam mencapai Rp 5,46 triliun," tutur Khayam, Rabu (4/8/2021).
Baca juga: Riset Terapan Vokasi Harus Bangun Kemitraan dengan Industri
Industri keramik Indonesia saat ini menduduki peringkat ke delapan dunia, dengan kapasitas produksi terpasang 538 juta m2 per-tahun dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang.
Baca juga: Politeknik STMI Jakarta Buka Program D1 Keramik dan Refraktori
Meningkatnya pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti real estate, perumahan, apartmen,dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam negeri semakin bertambah.
Baca juga: Didesak Sektor Industri, Inggris Longgarkan Aturan Pembatasan Perjalanan
"Dalam jangka panjang, industri keramik nasional akan sangat prospektif, mengingat konsumsi keramik nasional per kapita masih sekitar 1,4 m2, yang perlu dioptimalkan lagi karena konsumsi ideal dunia telah mencapai lebih dari 3 m2," jelas Khayam.
Ketua Umum Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (Asrindo) Basuki, menyampaikan terdapat 30 perusahaan yang sudah tergabung dalam Asrindo.
"Kami mengapresiasi inisiasi Kemenperin dalam membangun iklim usaha yang kondusif melalui penyediaan SDM kompeten untuk meningkatkan daya saing industri refraktori," ungkap Basuki.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Edy Suyanto, menyebut pihaknya telah mengekspor ke lima negara utama untuk produk keramik nasional, yaitu ke Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat.
"Lonjakan ekspor terjadi dengan tujuan negara Amerika Serikat mencapai 130 persen, Filpina sekitar 60 persen dan Taiwan 40 persen. Peningkatan ekspor di luar lima negara tujuan utama tersebut, juga terjadi di Australia dengan mencapai 50," ucap Edy.
Baru-baru ini Kemenperin bersama Asrindo, ASAKI, Balai Besar Keramik (BBK), serta Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam meluncurkan Program Setara Diploma I (D1) Keramik dan Refraktori untuk menciptakan SDM kompeten di kedua industri tersebut.