Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Antonius Widiarso Bicara Keekonomian Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Dalam kurun waktu 2018 hingga 2020, pertumbuhan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbilang signifikan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Antonius Widiarso Bicara Keekonomian Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Ist
Antonius Widiarso 

"Penggunaan baterai dalam sistem PLTS menjadi tidak wajib karena berkembangnya teknologi, serta yang terpenting adalah harga energi ( per kWh ) telah dapat dilakukan komparasi dengan sumber energi yang berasal dari fosil," katanya.

Lanjut Antonius Widiarso, dari keseluruhan struktur biaya sistem PLTS, komponen baterai berkontribusi sekitar 50% sampai dengan 60%-nya.

Artinya adalah ketiadaan komponen baterai menjadikan harga energi per kWh jauh lebih rendah meskipun memang ada fitur lain yang menjadikan juga menjadi tidak ada seperti tidak adanya back-up ketika sumber listrik utama yang mayoritas masih menggunakan listrik dari PLN mati.

"Namun mari kita melihat fenomena yang ada. Terdapat pergeseran mayoritas pengguna PLTS baik secara kuantitas dan kapasitas dari yang sebelumnya wajib menghadirkan baterai dalam sistem ke kondisi saat ini yang tidak wajib menghadirkan baterai dalam sistem," katanya.

Jika dulu mayoritas pengguna didominasi oleh pengguna di remote area yang notabene belum terjangkau oleh listrik, lanjut Antonius Widiarso, maka saat ini mayoritas pengguna telah beralih ke kawasan industri dan kota besar.

"Kembali kepada ketiadaan komponen baterai dalam PLTS. Artinya terjadi pergeseran dari tujuan pengguna PLTS dari yang sebelumnya semata – mata untuk elektrifikasi karena belum hadirnya listrik PLN, menjadi tujuan efisiensi biaya energi meskipun ketika terjadi sumber listrik dari PLN mati, namun hal ini dapat dimaklumi dan diterima sebagai suatu hal yang bukanlah force majeure," ujarnya.

JIka diperhatikan, berapa persentase dalam satu tahun sebuah kota besar mengalami listrik PLN mati?

Berita Rekomendasi

Berapa kali dalam satu bulan sebuah kota besar atau kawasan industri mengalami sumber listrik PLN mati?

"Jawabannya adalah belum tentu satu kali dalam satu bulan, dan meskipun frekuensinya adalah satu kali dalam satu bulan, selama berapa jam dalam satu bulan tersebut sumber listrik PLN blackout?

Saya menjadi flashback saat PLN mengalami blackout di awal Agustus 2019. Kala itu PLN mengalami blackout selama kurang lebih 12 jam di Jawa dan Bali," kata Antonius Widiarso.

Menurut Antonius Widiarso, bukan bermaksud untuk menganggap “sepele” kejadian ini, namun durasi 12 jam blackout ini telah sangat mengganggu aktivitas seluruh masyarakat. Tidak hanya aktivitas utama masyarakat namun sarana telekomunikasi juga menjadi lumpuh.

"Baru berlangsung 12 jam saja, tidak terbayang saat itu bagaimana keluhan masyarakat luas termasuk warganet terhadap PLN.  Kejadian yang serupa terjadi pada 22 tahun sebelumnya, yakni tepatnya pada tahun 1997 yang juga terjadi di seluruh area Jawa dan Bali," katanya.

Menurut dia, dengan bertolak pada kondisi ini, penduduk di kota – kota besar serta kawasan industri tidaklah perlu menjadikan kondisi PLN blackout disikapi sebagai yang over-react jika dikaitkan dengan ketiadaan baterai dalam sistem PLTS.

"Hal ini bukanlah sebagai suatu alasan sehingga tidak mengaplikasikan PLTS. Fungsi PLTS untuk menjadikan biaya energi listrik jauh lebih efisien kiranya menjadi hal yang utama di dalam memilih mengaplikasikan PLTS, bukan memprioritaskan pada issue saat PLN off," kata Antonius Widiarso.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas