Faisal Basri Ungkap Kenaikan Utang Pemerintah hingga Rp 8.000 Triliun di 2022
Faisal Basri mengungkapkan, jumlah utang pemerintah diproyeksikan mengalami kenaikan hingga sebesar Rp 8.000 triliun pada tahun depan.
Editor: Sanusi
Menurutnya, target pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika tidak tercapai bukan suatu masalah, tetapi ketika hal yang ditargetkan tidak tercapai, maka pemerintah tidak bekerja secara maksimal.
"Jadi saya lebih berharap target pertumbuhan yang tinggi, di atas 6 persen guna memberikan lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerja kita, mengurangi kemiskinan yang sempat naik karena pandemi," ucap Piter.
Baca juga: Pemerintah: Laju Inflasi Tahun Depan 3 Persen, Suku Bunga Rp 14.350 Per Dolar
"Syaratnya pandemi harus bisa ditanggulangi dan pemerintah tidak ragu-ragu mendorong ekonomi dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, dan pemerintah jangan kuping tipis," sambung Piter.
Baca juga: Jokowi: Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan 5 Sampai 5,5 Persen
Piter pun menyebut, target pertumbuhan ekonomi 5 persen hingga 5,5 persen seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bisa tercapai ketika pandemi bisa di atasi dengan baik.
Baca juga: Pemerintah Anggarkan Rp 384,8 Triliun untuk Pembangunan Infrastruktur di 2022
"Kalau diproyeksikan pandemi sudah mereda, kita sudah bisa seperti normal lagi seharusnya kita bisa lebih optimis bisa tumbuh di atas 6 persen. Low base effect masih ada, dan perekonomian punya momentum untuk melompat, asal ada dorongan dari kebijakan fiskal dan moneter," tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 pada kisaran 5 - 5,5 persen.
Asumsi tersebut berdasarkan pada kebijakan reformasi struktural serta memperhitungkan dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia.
"Pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan pada kisaran 5,0 persen sampai 5,5 persen," kata Jokowi dalam Pidato APBN Tahun 2022 Beserta Nota Keuangan di Rapat Paripurna DPR RI, Senin, (16/8/2021).
Pemerintah, kata Jokowi, akan berusaha semaksimal mungkin mencapai target pertumbuhan di batas atas, 5,5 persen.
Meskipun demikian kewaspadaan tetap harus dijaga mengingat perkembangan Covid-19 masih sangat dinamis.
"Kita akan menggunakan seluruh sumber daya, analisis ilmiah dan pandangan ahli untuk terus mengendalikan pandemi Covid-19," katanya.
Menurut Jokowi, dengan cara seperti itu pemulihan ekonomi dan kesejahteraan sosial dapat dijaga serta terus dipercepat dan diperkuat.
Selain itu dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural.
"Namun kewaspadaan tetap diperlukan mengingat ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.