Kapasitas PLTS Atap Ditingkatkan, Nilai Penerimaan Bisa Capai Rp 1,54 Triliun
Pendapatan PLTS Atap dihasilkan lewat mekanisme perdagangan karbon dan berpengaruh pada biaya pokok penyediaan (BPP) listrik yang akan turun
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menuturkan nilai penerimaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap bisa mencapai Rp1,54 triliun per tahun.
Hal itu bila penambahan kapasitas terpasang PLTS atap pada 2025 mencapai 3,6 gigawatt (GW).
"Tentu saja penerimaan PLTS Atap makin besar kalau kapasitas terpasang makin besar," kata Rida dalam konferensi pers virtual, Jumat (27/8/2021).
Pendapatan itu juga didorong penjualan sertifikat Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti yang digagas PT PLN (Persero).
Rida menuturkan melalui Renewable Energy Certificate (REC) PLN potensi penambahan pendapatan sebesar Rp 19 miliar per tahun.
"Kalau ditotal potensi pendapatan dari nilai ekonomi karbon ditambah dengan layanan tarif khusus PLN untuk energi terbarukan mencapai Rp 1,12 triliun hingga Rp 1,54 triliun," urainya.
Baca juga: Harus Ada Jalan Tengah dari Rencana Revisi Permen ESDM soal PLTS Atap
Rida menjelaskan pendapatan PLTS Atap dihasilkan lewat mekanisme perdagangan karbon.
"Pemanfaatan PLTS berpengaruh pada biaya pokok penyediaan (BPP) listrik yang akan turun," katanya lagi.
Sementara Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan target kapasitas 3,6 GW akan diatur bertahap.
Dadan bilang, dampak pengembangan PLTS atap sebesar 3,6 GW adalah turunnya pemakaian batu bara sebagai bahan bakar PLTU hingga 3 juta ton per tahun.
"Ini akan mengurangi emisi karbon atau gas rumah kaca hingga 4,58 juta ton," tukasnya.
Pengembangan PLTS atap 3,6 GW juga berpotensi menyerap tenaga kerja sebesar 121.500 orang serta mendatangkan potensi investasi baru hingga Rp 45 triliun.