Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tren Asuransi Naik Saat Pandemi, OJK Minta Industri Terus Manfaatkan Teknologi

OJK menyebut penetrasi industri asuransi nasional terus meningkat selama pandemi Covid-19, data per Juli 2021 berada pada 3,11 persen.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
zoom-in Tren Asuransi Naik Saat Pandemi, OJK Minta Industri Terus Manfaatkan Teknologi
Mashable
Ilustrasi asuransi jiwa 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut penetrasi industri asuransi nasional terus meningkat selama pandemi Covid-19, data per Juli 2021 berada pada 3,11 persen.

Angka ini meningkat dibandingkan akhir 2020 yang mencapai 2,92 persen.

Deputi Direktur Pengawasan Asuransi 2 OJK Kristianto Andi Handoko mengatakan, kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan semakin meningkat selama pandemi.

Baca juga: BRINS dan Bukalapak Siapkan Asuransi Mikro untuk 8,5 Juta UMKM

"Saya rasa ini (insurtech) akan meningkat signifikan dalam beberapa tahun ke depan dan tentunya teman-teman di industri harus semakin memperbaiki terutama dari sisi teknologi informasi," ujar Andi pada webinar Infobank dengan tema Prioritas Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi, Asuransi Gencarkan InsurTech, Rabu (15/9/2021).

Menurutnya, total premi asuransi umum dan jiwa yang didistribusikan melalui digital atau insurance technology (insurtech) pada Juli 2021 mencapai Rp6 triliun.

"Angka ini terhitung menyumbang porsi sebesar 3,94 persen terhadap total premi asuransi umum dan jiwa nasional," paparnya.

Baca juga: FWD Insurance Kenalkan Asuransi untuk Perlindungan dan Rehabilitasi Medis yang Lebih Fleksibel

Berita Rekomendasi

Tercatat, premi insurtech tersebut disalurkan melalui beberapa jalur, yaitu melalui pemasaran langsung senilai Rp1,80 triliun, agen asuransi senilai Rp3,14 triliun, dan lainnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Dody Dalimunthe melihat peluang dari insurtech akan semakin besar, seiring pengguna internet di Indonesia yang semakin meningkat.

Kemudian, masyarakat juga semakin memikirkan bagaimana cara memitigasi risiko yang lebih besar di masa pandemi.

"Hal ini ditunjang demografi masyarakat yang berusia produktif sekarang itu. Consumer behavior juga akan berubah, baik nanti pasca pandemi pun akan seperti itu. Selain itu, inklusi keuangan juga akan semakin bagus, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” paparnya.

Baca juga: Kasus Korupsi di PT Asuransi Jasindo, KPK Periksa 3 Saksi

Pada kesempatan yang sama, Direktur Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo menyarankan, jika ingin melakukan penjualan melalui platform digital, maka perusahaan asuransi harus terlebih dahulu memulai dengan produk yang relatif lebih sederhana.

"Kalau bicara tentang produk retail memang sedikit berbeda dari general insurance. Di Allianz, kami memanfaatkan platform digital yang populer di pasaran, baik platform Allianz sendiri, maupun platform asuransi seperti PasarPolis, platform e-commerce seperti bukalapak, dan platform ride-hailing seperti Gojek," tambahnya.

Selain melakukan kolaborasi dengan pelaku usaha digital, kata Bianto, selama ini Allianz juga menjangkau nasabah dengan produk-produk inovatif.

"Bukan hanya channelnya, produk juga penting. Misalnya untuk driver GoJek kita luncurkan asuransi kesehatan dengan premi Rp2.300 per hari," ucapnya.

"Ini sangat sesuai dengan income para driver tersebut. Melalui kerja sama tersebut, akses terhadap customer akan lebih luas dengan waktu yang lebih singkat," sambung Bianto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas