Efek Penugasan Penanganan Pandemi, Pendapatan Holding BUMN Farmasi Tembus Rp15,26 Triliun
Angka tersebut meningkat 164 persen secara tahunan (year on year/yoy). Di mana pada periode yang sama di tahun sebelumnya tercatat Rp5,78 triliun.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi yang beranggotakan Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma, sukses mencatatkan pendapatan Rp15,26 triliun pada semester I-2021.
Angka tersebut meningkat 164 persen secara tahunan (year on year/yoy). Di mana pada periode yang sama di tahun sebelumnya tercatat Rp5,78 triliun.
Peningkatan kinerja tersebut efek dari adanya penugasan dari pemerintah untuk penanganan Covid-19 seperti penyediaan vaksin Covid-19, obat-obatan, multivitamin, serta alat kesehatan.
Secara detail, pendapatan Bio Farma sendiri, didapat dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp 8,12 triliun.
Baca juga: Antivaksin Bawa Penderita Covid-19 Pulang dari RS, Beberapa Hari Kemudian Pasien Itu Meninggal
Yakni terdiri dari Rp7,97 triliun program vaksin Covid-19 dan 144,30 miliar didapat dari program Vaksinasi Gotong Royong (VGR).
Untuk anggota Holding BUMN Farmasi yaitu Kimia Farma, membukukan pendapatan pada Semester-I 2021 sebesar Rp5,56 triliun yang diperoleh dari penjualan produk pihak ketiga sebesar Rp4,1 triliun termasuk didalamnya didapat dari VGR sebesar Rp 402,9 miliar.
Sedangkan untuk Indofarma, pendapatan Semester I-2021 mencapai Rp849.33 miliar berasal dari penjualan obat Obat Generik Berlogo (OGB) dan ethical sebesar Rp492,79 miliar, sisanya dari penjualan alkes multivitamin dan lain-lain.
Baca juga: Jokowi: Satu Setengah Tahun Pandemi Covid-19, Kondisi Indonesia Beranjak Membaik
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, jika dilihat penjualan bersih perusahaan diluar penugasan pandemi Covid-19, kinerja Holding BUMN Farmasi masih on the track.
Meskipun masih menghadapi tantangan untuk penjualan ekspor, karena adanya lockdown di beberapa negara penerima produk Holding BUMN Farmasi, khususnya vaksin.
Demikian juga dengan penjualan dalam negeri sektor pemerintah, sesuai dengan instruksi pemerintah, bahwa saat ini, fokus pada vaksin Covid-19, termasuk dengan obat-obatan, yang digunakan untuk penanganan Covid-19.
“Untuk Bio Farma sendiri, penjualan kami tanpa penugasan Covid-19, masih bisa mencapai Rp985 miliar, yaitu mencapai 84,39 persen dari yang ditargetkan pada Semester I-2021,” ucap Honesti, Senin (27/9/2021).
Baca juga: Studi: Pandemi Covid-19 Pangkas Harapan Hidup Mayoritas Penduduk Dunia Sejak Perang Dunia II
“Pencapaian ini terdiri dari penjualan ekspor yang mencapai Rp 549 miliar, dan untuk penjualan dalam negeri (pemerintah), mencapai Rp 66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8% dari yang dianggarkan,” sambungnya.
Ditengah pandemi yang sudah berlangsung selama 1,5 tahun, PT Bio Farma (Persero) sebagai Induk Holding BUMN Farmasi, terus melakukan transformasi sebagai pilar dari ketahanan kesehatan nasional.
Menurut Honesti, pandemi Covid-19 menjadi tantangan terbesar Bio Farma sebagai induk Holding BUMN Farmasi, yang baru dibentuk pada 31 Januari 2020.
Holding BUMN Farmasi dibentuk dengan Bio Farma sebagai Induk dan Kimia Farma dan Indofarma sebagai dua anak perusahaan.
Sehingga menjadikannya perusahaan farmasi terbesar, dengan 13 pabrik, 78 jaringan distribusi dan 1.300 jaringan apotek serta 560 laboratorium klinik di Indonesia.