Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pertamina Akui Kelangkaan Solar di Beberapa Daerah Terjadi akibat Lonjakan Permintaan

Kelangkaan biosolar terjadi di sebagian besar daerah di Pulau Sumatera, juga melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pertamina Akui Kelangkaan Solar di Beberapa Daerah Terjadi akibat Lonjakan Permintaan
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Petugas operator menunggu datangnya pasokan BBM karena kehabisan stok di salah satu SPBU di Jalan Ringroad/Gagak Hitam, Medan, Rabu (13/10/2021). Sejumlah SPBU di Kota Medan terpaksa menunggu pasokan karena mengalami kehabisan stok bahan bakar minyak (BBM). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bahan bakar minyak (BBM) jenis biosolar beberapa waktu belakangan ini langka. Kelangkaan terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

Kelangkaan biosolar tersebut terjadi di sebagian besar daerah di Pulau Sumatera, kelangkaan BBM ini juga melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kabar terbaru mengenai kelangkaan solar bersubsidi telah merambah hingga Tol Trans Jawa dari Semarang sampai Probolinggo. Fenomena ini terekam dalam unggahan video dan viral di media sosial.

Akibat kelangkaan solar bersubsidi ini, berdampak pada terjadinya antrean panjang truk-truk yang membutuhkan bahan bakar, sehingga arus distribusi logistik di berbagai daerah mulai terhambat.

Apalagi kasus yang terjadi di beberapa wilayah di Sumatera menyebabkan antrean hingga berhari-hari lamanya.

Terkait hal tersebut perusahaan migas pelat merah yakni PT Pertamina (Persero) menjelaskan terkait adanya isu kelangkaan solar bersubsidi di sejumlah wilayah.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, hal ini disebabkan meningkatnya permintaan BBM jenis tersebut.

Berita Rekomendasi

"Antrean yang sempat terjadi di beberapa SPBU ini memang dikarenakan terjadinya lonjakan demand yang signifikan," ucap Fajriyah saat ditemui di Grha Pertamina Jakarta, Senin (18/10/2021).

"Seperti di Sumatera Utara contohnya, itu sekitar 10 persen peningkatan demandnya, sehingga kami harus melakukan percepatan untuk bisa menyalurkan solar subsidi tersebut," sambungnya.

Fajriyah menuturkan, untuk info terbarunya di Sumatera Utara, antrean produk biosolar sudah berangsur baik dan normal.

"Sekarang Alhamdulillah kalau dilihat secara riil di lapangan, antrean sudah mencair dan antrean sudah bersifat normal," pungkasnya.

Baca juga: Pertamina Tindak Tegas 91 SPBU yang Lakukan Penyimpangan Penyaluran Solar Subsidi

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Angkutan Distribusi & Logistik DPD Aptrindo Jateng & DIY, Agus Pratiknyo mengatakan untuk truk-truk antar kota antar propinsi (AKAP) kelangkaan biosolar seperti tentu saja sangat menyulitkan, karena terpaksa harus sering-sering mengantre dan membuang waktu dalam perjalanannya.

Agus mengusulkan agar Pertamina memperketat pengawasan di seluruh SPBU yang dikelola agar tidak terjadi lagi praktik penimbunan BBM bersubsidi.

Diharapkan pemerintah juga merilis peraturan mengenai konsumsi BBM subsidi yang hanya boleh digunakan untuk kendaraan pelat kuning.

"Sebenarnya sudah lama dilakukan pendataan penjualan Biosolar oleh petugas di semua SPBU, namun sampai saat ini kami tidak tahu untuk apa sebenarnya pendataan itu," kata Agus.

"Kalau untuk pengendalian suplai BBM bersubsidi, kan mestinya sudah bisa dikalkulasikan dengan pendataan itu. Kami berharap pemerintah mau serius memikirkan soal kelangkaan biosolar yang sering terjadi ini," tambahnya.(Tribun Network/ism/kps/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas