Industri Semikonduktor Jepang Merosot Drastis, Bisakah Bangkit Kembali?
Industri semikonduktor Jepang benar-benar merosot yang tadinya di peringkat 1, 2, 3 di tahun 1989 turun ke peringkat 9 tahun lalu (2020) hanya diduduk
Editor: Johnson Simanjuntak
Pada peringkat 2020, hanya satu pabrikan Jepang yang masuk 10 besar yaitu perusahaan memory Toshiba, Kioxia Co.Ltd.
Pabrikan Jepang masih kompetitif di bidang tertentu. Menurut perusahaan riset Inggris Omdia, mantan Toshiba Memory Kioxia adalah yang terbesar kedua di dunia dalam bidang "memori flash NAND" yang digunakan untuk kartu SD untuk penyimpanan data.
Selain itu, "semikonduktor daya" yang mengubah listrik menjadi daya digunakan di berbagai mesin industri, dan perusahaan Jepang seperti Mitsubishi Electric dan Fuji Electric menempati pangsa pasar yang tinggi.
Namun, dimungkinkan untuk membuat semikonduktor logika tingkat lanjut yang artinya, mampu memproses aritmatika tingkat lanjut, yang sangat diperlukan di bidang-bidang seperti AI = kecerdasan buatan, 5G, pusat data, dan penggerak otonom, yang diperkirakan akan berkembang pesat di masa depan, di Jepang.
Seorang pejabat dari produsen semikonduktor dengan tegas menjelaskan situasinya, dengan mengatakan, "Jepang tertinggal tiga atau empat putaran di belakang dunia."
Dari 2018 hingga 2019 pemerintah sangat menyadari bahwa mereka harus memperkuat semikonduktor bahkan jika perlu dengan mengundang produsen luar negeri.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri resah dengan tindakan pemerintahan Trump di Amerika Serikat saat itu.
Amerika Serikat telah memperkuat sikapnya terhadap China, dan pada Desember 2018, Meng Wanzhou Wakil Chairman Huawei yang dianggap sebagai raksasa peralatan telekomunikasi ditangkap di Kanada atas permintaan Departemen Kehakiman AS.
Pada Mei 2019, Presiden Trump saat itu menandatangani perintah eksekutif yang melarang Huawei dan lainnya menjual komponen elektronik tanpa izin dari pemerintah AS.
Di Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, jika pergerakan ini semakin cepat, mereka mewaspadai risiko Jepang tidak dapat memperoleh semikonduktor dari China, yang bergantung pada lebih dari 8%.
Selanjutnya, jika ketegangan antara China dan Taiwan meningkat, dan jika China menyerang Taiwan dengan paksa, semikonduktor dari Taiwan, yang bergantung pada lebih dari 26%, tidak akan tersedia, dan industri Jepang akan terganggu.
Para birokrat mengungkapkan perasaan mereka dalam wawancara kami bahwa mereka merasakan krisis yang kuat saat ini.
Produksi semikonduktor Jepang ingin dibangkitkan kembali tetapi menghadapi masalah dalam negeri pula.
Oleh karena itu perlu mempromosikan digitalisasi terkait dengan sudut pandang penurunan angka kelahiran dan populasi yang menua dan kekurangan tenaga kerja.