Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Saham Bank Digital Lokal Melambung Lampaui Luar Negeri, Analis Peringatkan Agar Hati-hati

Fenomena baru terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI), booming keuangan digital di dalam negeri berimbas positif pada pasar saham.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Harga Saham Bank Digital Lokal Melambung Lampaui Luar Negeri, Analis Peringatkan Agar Hati-hati
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ilustrasi: Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia 

Kookmin akhir resmi jadi pengendali saham Bukopin dengan kepemilikan 67%. Pada November 2021, bank ini kembali rights issue dan Kookmin Bank menyerap haknya sebesar 23,9 miliar dengan harga Rp 200 per lembar atau senilai Rp 4,71 triliun.

Helmi Fakhrudin Direktur Bank Bukopin mengungkapkan, Kookmin Bank terus berkomitmen untuk mengembangkan Bank KB Bukopin.

"Dana KB yang sudah masuk ke Bukopin sudah Rp 25,7 triliun dalam berbagai bentuk, melalui saham maupun investasi teknologi. Jadi lebih dari 30% aset kami berasal dari mereka," katanya dari paparan virtual baru-baru ini.

Kredivo menggelontorkan investasi Rp 991 miliar untuk mencaplok PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) pada Maret 2021 dan menambah kepemilikan hingga 40% atau 1,21 miliar pada Oktober sehingga menjadi pengendali. Per 29 Desember, nilai sahamnya sudah mencapai Rp 5,14 triliun.

Bahkan Ajaib Group yang baru masuk pada November 2021 lalu mengakuisisi 554,4 juta atau 24% saham Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) sudah cuan. Perusahaan fintech ini hanya menggelontorkan Rp 745,6 miliar untuk mengakuisisi bank tersebut, kini sahamnya sudah bernilai Rp 1,75 triliun.

Ekonom dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah melihat prospek investasi di perbankan cukup menarik. Pasalnya, perbankan merupakan salah satu sektor yang paling menguntungkan di Indonesia.

"Itu sebabnya banyak bank-bank asing yg berusaha masuk ke Indonesia baik dengan cara mendirikan kantor cabang atau dengan mengakuisisi bank-bank kecil," katanya pada Kontan.co.id, Rabu (29/12).

BERITA TERKAIT

Hal itu didukung juga dengan kebijakan regulator yang cenderung tidak mengeluarkan izin untuk pendirian bank baru. Sehingga pilihan investor adalah mencaplok bank yang sudah ada.

Piter menilai investor besar yang mengakuisisi bank-bank kecil akan tetap berkomitmen mengembangkan banknya dan sudah punya rencana pengembangan jangka panjang.

Dengan begitu, investor pengendali baru tidak ada pilihan untuk profit taking seperti investor ritel. "Contohnya, investor Bank Jago. Mereka masih punya visi dan program jangka panjang yang sangat butuh dukungan penuh dari pemilik," imbuhnya.

Namun, bank-bank ini tentu tetap punya tantangan dalam memberikan keuntungan maksimal bagi pemilik sahamnya yakni bagaimana mempertahankan atau bahkan meningkatkan keuntungan. Upaya yang harus dilakukan bank tentu harus mampu meningkatkan penyaluran kredit dan menjaga kualitas kredit.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, prospek bank-bank tersebut cukup menarik karena dari sisi value company tentu ini cukup menarik di mana teknologi menjadi trigger pada harapan pertumbuhan kinerja ke depan.

Namun, pengelolaan risiko bank tersebut juga perlu dicermati di mana saat ini bank digital tersebut membutuhkan daya tarik lebih seperti bunga tinggi serta kemudahan lainnya yang tentunya dapat menjadi boomerang apabila tidak dikelola dengan optimal.

"Kami melihat investor ritel akan terfokus pada apresiasi harga, masih terdapat tantangan bagi bank digital ke depan di mana pertumbuhannya membutuhkan waktu," kata Okie. (Kontan/Maizal Wal Fajri/Dina Mirayanti Hutauruk)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas