Start Up Karya Anak Bangsa Ini Daur Ulang Sampah Plastik Berbasis Sistem Blockchain
Di saat mayoritas token crypto tidak mempunyai underlying asset, token ini justru memiliki underlying sektor riil
Penulis: Reza Deni
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sampah plastik sebagai sampah yang bisa didaur kini melebar pemanfaatannya, khususnya dalam ekonomi dan teknologi.
Adalah Plastic Finance yang mengusung konsep sirkular ekonomi melalui bisnis daur ulang sampah plastik lalu diintegrasikan dengan teknologi blockchain, khususnya token Cryptocurrency.
Umar Abdullah selaku Chief Financial Officer Plastic Finance mengatakan bahwa pihaknya membuat sebuah token cryptocurrency yang dinamakan PLAS token di dalam jaringan Binance Smart Chain.
"Di saat mayoritas token crypto tidak mempunyai underlying asset, token ini justru memiliki underlying sektor riil berupa fasilitas daur ulang sampah plastik atau disebut juga MRF (Material Recovery Facility) di Karawang dan Bekasi yang sudah berjalan sejak Juni 2021 lalu," kata Umar dalam siaran pers yang diterima, Selasa (11/1/2022).
Baca juga: Bayi yang Dipungut dari Tempat Sampah Itu Kini Tumbuh Jadi Gadis Cantik dan Punya Banyak Penggemar
Dia menjelaslan bagaimana proses bisnisnya dimulai, yakni dari pengumpulan bahan baku sampah plastik oleh para pemulung di MRF, sortir bahan baku, hingga proses pengiriman hasil cacahan plastik, untuk kemudian dijual ke pabrik penggilingan.
"Kesemuanya akan menggunakan teknologi IOT (Internet of Things) dan blockchain, sehingga proses pencatatan akan menjadi akurat," katanya.
Keakuratan itu, dikatakan Umar, lantaran bahan baku sampah plastik akan tercatat secara otomatis melalui timbangan digital dan QR code, lalu data setiap sampah plastik yang sudah di scan tersebut akan tercatat dalam big data blockchain secara real time.
"Dari data yang sudah tercatat, akan mereka kumpulkan menjadi ke dalam indeks harga sampah plastik. Indeks tersebut akan tersaji di dalam aplikasi ponsel secara real time dan terbuka untuk publik, karena memang transparansi dan akuntabilitas adalah salah satu keunggulan yang dimiliki oleh teknologi blockchain," kata dia.
Umar mengatakan bahwa dalam setiap pembelian PLAS Token, pembeli turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon karena 54 persen dari penjualan token akan di gunakan untuk operasional pembelian bahan baku sampah plastik dan pembangunan MRF baru,.
"Lalu 60 persen dari keuntungan proses MRF akan dialokasikan untuk proses buyback token. Terdapat juga alokasi 5 persen tambahan untuk program penanaman pohon dengan menggandeng lembaga lembaga terkait," kata dia
"Saat ini memang baru ada 2 MRF (Karawang dan Bekasi) tetapi kedepan Plastic Finance menargetkan pembangunan 100 MRF di seluruh Indonesia, sehingga mereka bisa membantu pihak mana pun termasuk pemerintah menyajikan data sampah plastik yang akurat di setiap daerah," pungkasnya.