Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Prediksi Menuju Puncak Penularan Omicron, Bagaimana Dampaknya Terhadap Bursa Saham?

Sejumlah analis pun memiliki pandangan berbeda mengenai arah bursa saham jika gelombang ketiga terus bergulir dan PPKM kembali diperketat.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Prediksi Menuju Puncak Penularan Omicron, Bagaimana Dampaknya Terhadap Bursa Saham?
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Senin (3/1/2022). Pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia pada 2022 dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. IHSG ditutup naik 1,27 persen atau 83,83 poin menjadi 6.665,31 pada sesi II. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

"IHSG pun saat ini bergerak mendekati resistance 6.754 yang jika ditembus akan mengonfirmasi bullish continuation," ungkapnya. Melihat IHSG yang masih tangguh, Ivan memperkirakan sekalipun terjadi pengetatan PPKM, maka koreksi yang bisa terjadi pada IHSG relatif terbatas. Yakni ke area 6.575-6.600.

Baca juga: IHSG Sesi I Melemah 0,18 Persen ke 6.588, Investor Asing Lego Saham Bank

Ada faktor yang mungkin menjadi pembeda, antara kekhawatiran dampak gelombang ketiga omicron dibandingkan saat gelombang kedua varian delta pertengahan tahun lalu.

Sebabnya, gejala omicron dianggap lebih ringan pada penderita yang terpapar, sehingga pemulihannya relatif lebih cepat dengan risiko kematian yang lebih rendah.

"Oleh karena itu kebijakan pembatasan pemerintah tidak seagresif ketika gelombang kedua dan investor menjadi lebih confident untuk melakukan akumulasi saham," ujar Ivan.

Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder dan CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto juga menyuarakan nada yang optimistis.

Dia memperkirakan, dampak terhadap bursa saham tidak akan signifikan, berbeda dengan gelombang covid-19 sebelumnya.

Ada sejumlah faktor yang menjadi sumber optimisme tersebut. Pertama, progres vaksinasi yang terus berjalan, bahkan sudah ke dosis ketiga (booster) menjadikan pasar lebih percaya diri dalam penanganan pandemi di Indonesia.

Berita Rekomendasi

Berbeda saat gelombang pertama dan kedua, ketika vaksinasi masih wacana atau baru di tahap awal.

Kedua, selain pemerintah yang sudah lebih siap dari sisi kebijakan, pelaku pasar pun tampak bisa lebih cermat dalam menganalisis situasi.

"Jadi pasar sudah cukup kebal dengan perkembangan (kasus covid) terbaru. Dengan keyakinan pasar yang besar, indeks juga tetap mengalami apresiasi," sebut Fendi.

Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Turun 0,1%, Saham BNI Paling Laku Dibeli Investor Asing

Faktor ketiga, para emiten juga sudah lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis saat ini.

Fendi memandang sudah ada perubahan model bisnis di kalangan perusahaan, sehingga kondisi pandemi yang masih berlangsung serta pengetatan PPKM sekalipun tidak lagi secara telak memukul kelangsungan usahanya. Memang, dampak terhadap setiap sektor akan berbeda.

api, Fendi menggambarkan bahwa sektor yang pada gelombang pandemi sebelumnya sangat terdampak seperti ritel pun sudah beradaptasi. Terutama lewat pengembangan saluran penjualan dan proses bisnis secara online atau lebih terdigitalisasi.

"Emiten sudah banyak menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan bisnis yang baru. Sehingga dampak dari pembatasan sosial bisa lebih terantisipasi," sebut Fendi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas