Harga Minyak Naik Akibat Invasi Rusia, Pemerintah Jangan Dulu Naikkan Tarif Listrik dan Harga BBM
Pemerintah diminta tak buru-buru menaikkan harga BBM dan TDL meski harga minyak mentah & harga gas dunia melonjak tajam akibat invasi Rusia ke Ukraina
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi VII DPR meminta pemerintah tidak buru-buru menaikkan harga energi di pasar domestik meski harga minyak mentah dan harga gas dunia melonjak tajam sebagai ekses serangan militer Rusia ke Ukraina, Kamis (24/2/2022) kemarin.
"Fraksi PKS meminta pemerintah cepat mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk tersebut dan tidak mengambil solusi gampangnya saja dengan mengorbankan rakyat melalui cara menaikkan harga BBM, gas LPG, dan tarif listrik domestik,” kata Komisi VII DPR RI Mulyanto, Jumat (25/2/2022).
Menurut, pemerintah harus memberi perhatian khusus dan bekerja ekstra keras mencari jalan keluar mengatasi persoalan lonjakan harga komoditas energi dunia, agar tidak merembet dan berpengaruh negatif bagi perekonomian nasional.
Hal ini perlu dilakukan, karena Indonesia sudah termasuk dalam kelompok negara net importer migas, terutama BBM dan gas LPG.
Baca juga: Geram Serangan Atas Ukraina, Jepang Perluas Sanksi ke Rusia
“Pemerintah jangan sekedar latah dengan menaikkan harga BBM, gas LPG, dan listrik domestik. Kalau langkah ini yang diambil, maka diduga dapat memicu inflasi, yang menderita adalah masyarakat luas," ucap politikus PKS itu.
Baca juga: Pemerintah Diminta Jaga Harga BBM di Tengah Naiknya Harga Minyak Dunia Akibat Rusia Invasi Ukraina
Mulyanto pun meminta pemerintah mengambil langkah berbagai upaya mereduksi ketergantungan pada BBM dan gas LPG internasional harus semakin dipercepat.
"Sudah sangat mendesak adalah konversi pembangkit listrik tenaga diesel dengan gas atau EBT, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur. Selain itu adalah konversi gas LPG untuk keperluan rumah tangga dan industri dengan gas alam,” paparnya.
Baca juga: Terus Naik, Harga Minyak Melewati Ambang Psikologis 100 Dolar AS Per Barel
Dalam jangka pendek, Mulyanto mengusulkan agar pemerintah menghidupkan kembali gerakan penghematan migas nasional.
"Untuk jangka panjang program mobil listrik, pembangunan kilang minyak dan peningkatan lifting migas menjadi sangat strategis. Sayanganya program-program ini terkesan lambat bila tidak ingin dikatakan jalan di tempat," ujarnya.
Diketahui, patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 4,34 persen menjadi 101,04 dolar AS per barel, melintasi level 100 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2014.
Sepanjang pekan ini harga gas acuan Eropa telah naik lebih dari 65 persen dari level Euro 72,56 per kwh. Di Inggris, harga gas naik 23 persen, sedangkan harga gas di AS naik 6,5 persen menjadi 4,92 dolar AS per juta British thermal unit (mmBtu).
Kenaikan harga migas tersebut tentunya akan diikuti dengan menguatnya harga LPG, di mana harga acuan gas LPG, Contract Price Aramco (CPA), sejak memasuki 2021, mengalami kenaikan tinggi.
Realisasi dari Januari - April 2021 mencapai 570 dolar AS per metrik ton, kemudian meningkat menjadi sebesar 847 dolar AS per metrik ton pada November 2021.