Konflik Rusia-Ukraina Masih Berlanjut, Rupiah Justru Makin Perkasa
Nilai tukar mata uang Rupiah di Jumat (25/2/2022) sore ini ditutup menguat 27 point di level Rp 14.364
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar mata uang Rupiah di Jumat (25/2/2022) sore ini ditutup menguat 27 point di level Rp 14.364 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.391.
Sedangkan untuk perdagangan pada Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, namun ditutup melemah direntang Rp 14.340 hingga Rp 14.410.
Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, hal tersebut efek dari melemahnya Dolar Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Harga Minyak Tembus 100 Dolar AS, Pengamat Sebut Harga BBM Mesti Naik, Ini Penjelasannya
Melemahnya Dolar AS disebabkan oleh sejumlah sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara Barat dan Amerika Serikat terhadap Rusia karena menginvasi Ukraina.
“Dolar melemah terhadap mata uang lainnya karena investor terus menilai kembali situasi seputar invasi Rusia ke Ukraina pada hari Kamis, serta sanksi Barat lebih lanjut terhadap Rusia,” ucap Ibrahim, Jumat (25/2/2022).
Dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada hari Kamis.
Baca juga: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Rupiah Anjlok dan IHSG Merosot hingga Harga Minyak Dunia Melonjak
Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka dan pasukan Ukraina bertempur di berbagai bidang.
“AS menanggapi dengan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, menghambat akses Rusia ke mata uang asing di samping sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara,” jelas Ibrahim.
Dirinya kembali menjelaskan, investor juga menghitung dampak krisis di Ukraina terhadap kebijakan moneter bank sentral.
Beberapa pejabat dari Bank Sentral Eropa menyebut situasi di Ukraina dapat menyebabkan bank sentral menunda dimulainya pengurangan aset.
“Di AS, investor dan beberapa pejabat mengatakan konflik kemungkinan akan memperlambat, tetapi tidak menghentikan kenaikan suku bunga yang akan segera terjadi dari Federal Reserve AS,” pungkas Ibrahim.