Rusia Kuasai Pasokan Gas dan Minyak ke Eropa, Amerika Serikat Bisa Apa?
Amerika Serikat dan Eropa akan mengalami kesulitan sendiri jika menjatuhkan sanksi ekspor minyak dan gas terhadap Rusia.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rusia saat ini menjadi salah satu negara terkuat di sektor energi dunia. Rusia menguasai seperempat pasokan minyak ke Eropa dan menguasai sepertiga pasokan gas ke Eropa.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, hal ini tentu saja memicu dilema bagi perimbangan kekuatan dari sisi negara-negara Barat.
Dia mengatakan, Amerika Serikat dan Eropa akan mengalami kesulitan sendiri jika menjatuhkan sanksi ekspor minyak dan gas terhadap Rusia.
"Apabila Amerika Serikat dan Eropa memberikan sanksi terhadap ekspor minyak dan gas, hal ini otomatis akan membuat perekonomian mereka sendiri mengalami kesulitan," ujar dia dalam risetnya, Jumat (25/2/2022).
Baca juga: Geram Serangan Atas Ukraina, Jepang Perluas Sanksi ke Rusia
Sementara, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden saat ini sedang mempertimbangkan untuk menggunakan cadangan minyak darurat, dengan berkoordinasi dengan para sekutu untuk dapat mengantisipasi kenaikkan harga minyak.
Baca juga: Antisipasi Pasokan Gandum dari Ukraina Terganggu, Pengamat Sarankan Switching ke Australia
"Kita tidak boleh melupakan betapa pentingnya kontribusi Rusia bagi OPEC+, sehingga tentu saja hal ini akan mempengaruhi harga minyak di pasar. Selain minyak dan gas, Rusia juga merupakan produsen utama aluminium dan gandum," kata Nico.
Baca juga: Sumbangan Bitcoin Untuk Militer Ukraina Melonjak di Tengah Invasi Rusia
Alhasil, harga minyak mengalami kenaikkan, akibat situasi dan kondisi sekarang ini, dan akan mendorong inflasi juga bergerak mengalami kenaikkan dengan lebih cepat, sehingga akan mengancam biaya hidup bagi jutaan orang.
Mau tidak mau, menurutnya hal ini akan membuat para bank sentral di seluruh dunia untuk menaikkan tingkat suku bunga sebagai langkah pengetatan kebijakan moneternya.
"Namun, kenaikkan tingkat suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral di seluruh dunia dalam jumlah besar, tentu akan menghambat pemulihan ekonomi global," pungkas Nico.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.