Pasokan Gas Minim, China Genjot Produksi Batubara Untuk Penuhi Kebutuhan Energi Dalam Negeri
Kini China juga mulai beralih menggunakan pasokan batubaranya untuk menopang suplai listrik di wilayahnya.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Setelah Putin membalaskan sanksi global yang dilayangkan ke negaranya dengan membatasi ekspor gas dan minyak, membuat negara di berbagai belahan dunia kalang kabut mencari pemasok baru untuk memenuhi kebutuhan energi.
Namun hal tersebut nampaknya tak berlaku bagi China.
Belakangan ketegangan konflik antara Rusia dan Ukraina sukses memicu adanya kelangkaan pada pasokan gas alam hingga minyak mentah dunia, bahkan konflik ini ikut mengerek naiknya harga pada kedua komoditi tersebut.
Mengingat keberadaan Rusia yang tak bisa lepas dari industri mineral telah membuat berbagai negara dunia kecanduan akan produk minyak mentah dan gas alamnya.
Sebagai informasi hampir 26,2 persen pangsa ekspor gas dunia dipasok oleh Rusia, dengan jumlah 197,7 miliar meter kubik. Hal ini menjadikan Rusia sebagai produsen gas alam terbesar kedua setelah AS.
Sementara itu untuk produksi minyak mentah, Rusia menempatkan diri sebagai eksportir ketiga di dunia yang sukses menyuplai 10,7 juta bph atau setara 12,1 persen hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Adanya ancamaan kelangkaan tersebut awalnya sempat membuat China khawatir, bagaimana tidak.
Negara tirai bambu ini diketahui menjadi konsumen impor terbesar untuk komoditi minyak mentah dan gas. Dimana lebih dari 70 persen minyak dan 40 persen gas China masih berasal dari luar negeri.
Namun karena adanya krisis energi ini memaksa pemerintah China mencari alternatif baru pengganti gas dan minyak sumber energi listrik. Kini China juga mulai beralih menggunakan pasokan batubaranya untuk menopang suplai listrik di wilayahnya.
Baca juga: Harga Batubara Meroket, Pengamat: Pengusaha Jangan Rakus Ekspor
Melalui wakil kepala Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), Lian Weiliang yang dikutip dari Straitstimes, pihaknya mengungkap bahwa saat ini negaranya tengah meningkatkan produksi batubara untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakatnya
Liam mengeklaim meski negarnya akan menghadapi tantangan yang berat, namun pihaknya yakin selama berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina, China mampu memenuhi kebutuhan listrik negaranya tanpa bergantung dengan negara lain.
Kendati penggunaan batubara dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkepanjangan, namun karena adanya tekanan pada harga kebutuhan gas dan minyak membuat China terpaksa menggaktifkan kembali produksi batubara negaranya.
Sebagai informasi presiden China, Xi Jinping sebenarnya sudah mulai mengenjot produksi batubara sejak adanya pandemi tahun, lalu guna mendorong roda perekonomian negara.
Bahkan berkat produksi batu bara ini China berhasil melewati krisiss dengan mendapat peningkatan kapasitas tahunan sekitar 420 juta.
Hal inilah yang membuat harga pasokan listrik China tetap stabil meski harga dipasaran global telah melonjak naik.
Karena memiliki risiko yang sangat berbahaya, pemerintah China saat ini terus berupaya meminimalisir dampak penggunaan batu bara dengan menerapkan pengelolaan yang tepat. Presiden Xi Jinping yakin dengan cara ini kebutuhan listrik di negara nya akan tetap aman tanpa harus merusak ekosistem lingkungan.