Direksi BUMN Tambang Terkesan Pada Program Citarum Harum
Di Cisanti, Doni Monardo mengilas balik riwayat lahirnya program Citarum Harum saat ia menjabat Pangdam III/Siliwangi
Editor: Choirul Arifin
Ia minta izin kepada Satgas Citarum Harum untuk banyak bertanya dan banyak berkoordinasi ke depan.
Ia akan mengadopsi program Citarum Harum untuk aplikasi reklamasi bekas lahan tambang, agar tidak saja manfaat secara ekologis, tapi juga ekonomis dan sosial.
Giliran bicara selanjutnya Budi Awansyah, Direktur Strategic Permit & Compliance for Bahudopi Project PT Vale Indonesia.
Ia mengisahkan tentang Danau Matano yang berada di wilayah tambang PT Vale Indonesia, Sulawesi Selatan.
Danau Matano adalah sebuah danau tektonik dengan ukuran panjang 28 kilometer dan lebar 8 kilometer, tepatnya berada di ujung timur provinsi Sulawesi Selatan, berbatasan dengan Sulawesi Tengah.
Danau seluas 164,1 km persegi ini memiliki kedalaman 625 meter. Matano juga menjadi salah satu danau yang termasuk dalam Perpres 60/2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional.
Selama ini PT Vale mengelola pembangkit listrik tenaga air dari Danau Matano bagi perusahaan tambang nikel.
Problem yang terjadi, saat kemarau tingkat penurunan debit air sangat drastis, sebaliknya saat musim hujan peningkatan debit air juga meningkat dengan cepat.
“Sepertinya ada yang masalah karena perubahan fungsi lahan, sekalipun kami tetap mempertahankan green belt area di sekitar danau,” ujar Budi.
Direksi Vale menyadari, penyelamatan danau tidak saja atas nama keselamatan manusia tetapi juga keselamatan lingkungan dan ekosistem. Di Citarum, Budi melihat sebuah transformasi di bawah kendali Doni Monardo dengan melibatkan semua pihak, ditambah hadirnya payung hukum berupa Perpres.
“Kami sungguh belajar banyak dari program Citarum Harum. Ternyata pendekatan seperti ini lebih sustainable. Pelajaran Citarum Harum akan menjadi oleh-oleh learning process dari angle yagn berbeda. Fokus kami pada penyelamatan danau. Sebab ada dua danau di wilayah tambang Vale Indonesia,” papar Budi.
Kesan yang sama juga disampaikan Ari Wibiwo, Paritohan Administration Departement PT Inalum. Mirip seperti PT Vale, bahwa PT Inalum juga mengembangkan PLTA di hulu sungai Asahan yang bermuara di Porsea Danau Toba.
“PT Inalum sangat concern terhadap Danau Toba, danau yang harus diselamatkan, sesuai Perpres 60/2021. Di sana, ada ribuan hektare lahan kritis,” ujarnya.
Ari mengatakan, tahun 2019 telah dilakukan pemetaan terhadap lahan kritis yang di sekitar Danau Toba. Terdapat 200.000 hektare lahan kritis.