Wapres Ma'ruf Amin Bicara Upaya Sejajarkan Perekonomian Indonesia dengan Negara Maju
Ma'ruf Amin mengatakan sejak dekade 1980-an globalisasi telah menjadi tatanan baru baik di bidang ekonomi maupun politik.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan sejak dekade 1980-an globalisasi telah menjadi tatanan baru baik di bidang ekonomi maupun politik.
Sehingga, lanjut dia, sekat-sekat antar bangsa bisa dikatakan sudah kabur.
Namun menurutnya jejak sejarah Indonesia telah membuktikan kemandirian bangsa menjadi kunci untuk bertahan dalam menghadapi kondisi apapun.
Kemandirian tersebut, kata dia, sulit untuk dapat diwujudkan tanpa dibekali daya saing yang tinggi.
Baca juga: IMF: Dukungan Ekonomi Berkelanjutan dari Mitra Sangat Penting bagi Ukraina
Selain itu, upaya untuk mendapatkan daya saing global menuntut cendekiawan pergerakan mampu melihat dimensi yang luas dan dalam secara simultan dan seimbang, baik dari sisi keIndonesiaan maupun dari dunia internasional.
Hal tersebut disampaikannya dalam sambutan pada Puncak Peringatan Hari Lahir Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) ke-62 di Museum Nasional Jakarta Pusat pada Senin (18/4/2022).
"Namun demikian upaya menyejajarkan diri secara ekonomi, bahkan melampaui negara-negara maju yang lain, tidak boleh mengesampingkan basis tradisi intelektual yang mampu berbaur, berdialog, dan menyatu dalam tradisi nusantara yang beragam," kata Ma'ruf dikutip dari kanal Youtube PMIIOFFICIAL pada Selasa (19/4/2022).
Bertepatan dengan peringatan satu abad Indonesia, lanjut dia, Indonesia juga akan menyambut bonus demografi berupa generasi emas pada tahun 2045.
Upaya untuk menjelmakan visi Indonesia Emas 2045, kata Ma'ruf, tentu tidak lepas dari berbagai tantangan dan peluang di antaranya adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangan ekonomi di tengah ketatnya kompetisi global.
Saat ini, lanjut dia, kita berada di era di mana nilai tambah ekonomi tidak lagi hanya bergantung pada peningkatan jumlah modal dan tenaga kerja, tetapi justru pada pengetahuan dan teknologi yang mampu mendogkrak produktivitas secara berlipat ganda.
Pengetahuan dan teknologi, lanjut dia, tidak ubahnya kendaraan yang akan memacu produktivitas.
Meskipun demikian, kata Ma'ruf, pengembangan ekonomi berbasis inovasi dan kreativitas ini belum sepenuhnya tercermin dalam kegiatan ekonomi nasional.
Saat ini, kata dia, rasio kewirausahaan Indonesia masih sekitar 3,4% dan tertinggal di bandingkan dengan negara-negara tetangga di antaranya Singapura yang sudah 8,7%, Malaysia 4,7%, dan Thailand 4,2%.