Panik karena Sanksi Barat, Warga Rusia Tarik Mata Uang Asing dari Bank Rp 140,6 Triliun pada Maret
Sanksi yang dikenakan negara-negara Barat terhadap ekonomi Rusia membuat warganya panik.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Sanksi yang dikenakan negara-negara Barat terhadap ekonomi Rusia membuat warganya panik.
Mereka menarik mata uang asing senilai US$ 9,8 miliar atau senilai Rp 140,6 triliun dari rekening mereka pada bulan Maret.
Alhasil, bank sentral mengatakan pada hari Rabu, perbankan Rusia juga memangkas pinjaman perusahaan baru sekitar sepertiganya.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi terhadap Bank Rusia, Oligarki, dan Penambang Kripto
"Kuartal lalu sangat sulit, terus terang. Itu sangat mengkhawatirkan pada saat-saat tertentu, tetapi yang paling penting, situasinya berhasil stabil," kata Alexander Danilov, Direktur Departemen Regulasi dan Analitik Perbankan Bank Sentral Rusia.
"Sektor perbankan menghadapi arus keluar dana penduduk yang sangat signifikan ... pada akhir Februari," katanya. "Orang-orang mengambil uang dari rekening mereka dengan panik, takut akan keselamatan mereka."
Baca juga: Imbangi Sanksi Barat, Rusia Siap Bangun Fasilitas Penyimpanan Minyak dan Outlet Ekspor Baru
Melansir Reuters, laporan bulanan tentang perkembangan sektor perbankan Rusia menunjukkan, dana yang disimpan dalam deposito turun 1,2 triliun rubel (US$ 14,72 miliar) pada Februari. Dan penurunan berlanjut pada Maret, dengan arus keluar sebesar 236 miliar rubel.
Berbeda dengan laporan sebelumnya, bank sentral tidak mengungkapkan keuntungan sektor perbankan.
Rebound ekonomi yang menghidupkan kembali pertumbuhan pinjaman dan mendorong minat pada aset real estat menyebabkan bank-bank Rusia mencatatkan laba rekor senilai 2,4 triliun rubel pada tahun lalu. Akan tetapi, konsekuensi dari tindakan Rusia di Ukraina telah membuat hal tersebut bisa terjadi lagi.
Data lainnya, pinjaman konsumen turun 1,9% pada bulan Maret. Hal itu dikarenakan sektor perbankan terpukul dari kenaikan suku bunga darurat oleh bank sentral, kenaikan harga menekan pendapatan konsumen, serta ketidakpastian tentang prospek lapangan pekerjaan.
Bank sentral menaikkan suku bunganya lebih dari dua kali lipat menjadi 20% pada 28 Februari saat gelombang pertama sanksi melanda, sebelum memangkasnya menjadi 17% pada 8 April.
Baca juga: Perwakilan Ukraina-Rusia Hadir di Side Event G20, Menparekraf: Kita Suarakan Perdamaian
Diperkirakan, suku bunga akan diturunkan lebih lanjut pada pertemuan dewan berikutnya pada 29 April.
Volume pinjaman hipotek meningkat sebesar 2,1% pada bulan Maret menjadi sekitar 300 miliar rubel, yang diturunkan oleh bank sentral ke program hipotek yang dikelola negara.
Tetapi mereka memperkirakan pertumbuhan pinjaman hipotek melambat menjadi 10%-15% pada 2022, dari sebelumnya lebih dari 30% pada 2021.
artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Warga Rusia Panik, Tarik Mata Uang Asing dari Bank Rp 140,6 Triliun pada Maret