Tarif KRL Jabodetabek Diwacanakan Naik, Kemenhub Pastikan Tidak Diterapkan Dalam Waktu Dekat
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan, bahwa pihaknya tidak akan menaikan tarif KRL Jabodetabek dalam waktu dekat
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah kembali melakukan kajian terkait kenaikan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek.
Wacana terkait kenaikan tarif KRL Jabodetabek ini memang telah menjadi perbincangan pada awal 2022, dan disebut akan diterapkan pada April 2022.
Menanggapi hal tersebut Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan, bahwa pihaknya tidak akan menaikan tarif KRL Jabodetabek dalam waktu dekat.
Baca juga: Masih Ada Pengguna KRL yang Memanfaatkan Sisa Libur Bersama Pasca Lebaran
“Kami aja melakukan kajian ulang usai masa mudik Lebaran 2022 ini, mengingat terjadi juga kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok yang mempengaruhi daya beli masyarakat,” kata Adita, Kamis (12/4/2022).
Adita juga menjelaskan, sebelumnya Kemenhub telah membuat kajian tentang penyesuaian tarif KRL Jabodetabek.
“Namun, untuk penerapannya akan mempertimbangkan berbagai kondisi yang berkembang saat ini,” ujar Adita.
Adita juga mengungkapkan, bahwa pihaknya akan segera menyampaikan ke masyarakat apabila ada penyesuaian tarif KRL Jabodetabek ini.
Sebelumnya, usulan kenaikan tarif KRL datang dari Ditjen Perkeretaapian. Adapun tarif yang akan naik adalah tarif dasar sejauh 25 kilometer (km) untuk perjalanan pertama KRL dan tarif KRL bakal naik Rp2.000.
Kemenhub saat ini masih mengkaji kapan waktu yang tepat menyesuaikan tarif KRL. Meski sebelumnya dijadwalkan naik April, namun ditunda hingga masa Lebaran 2022 selesai.
Sudah Lama Tidak Ada Kenaikan
Sebelumnya, penyesuaian tarif KRL Jabodetabek ini, dinilai mampu memberikan keringan untuk pemerintah terkait subsidi untuk pelayanan KRL.
Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, subsidi yang diberikan pemerintah untuk layanan transportasi kereta cukup besar dibandingkan angkutan transportasi lain yaitu Rp 3,2 triliun.
"Pada 2018 lalu memang ada kajian dari Badan Penelitian Kementerian Perhubungan untuk mengurangi subsidi angkutan perkotaan," ucap Djoko.
Ia juga menilai, bahwa usulan kenaikan tarif KRL Commuter line ini seharusnya tidak menjadi masalah.
Baca juga: Tarif KRL Akan Naik Jadi Rp 5.000, Kemenhub: Masih dalam Kajian
"Tarif KRL ini memang sudah lama sekali belum ada kenaikan, dan saat ini sepertinya tidak menjadi masalah," ucap Djoko.
Ia juga menjelaskan, saat ini sudah ada perbaikan terkait layanan yang diberikan pemerintah untuk angkutan KRL dan sudah dinikmati oleh para pengguna.
"Salah satu fasilitas yaitu perbaikan di beberapa stasiun seperti Manggarai, Jatinegara dan stasiun lainnya. Fasilitas tersebut diantaranya adanya eskalator, lift dan juga fasilitas untuk penyandang disabilitas," ucap Djoko.
Pengguna KRL Hari Pertama Kerja Berjumlah 187.584 Orang
PT KAI Commuter mencatat, pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line di wilayah Jabodetabek di hari pertama kerja usai libur lebaran mencapai 187.584 orang, Senin (9/5/2022) pukul 09.00.
Angka itu berdasarkan pendataan KAI Commuter di seluruh stasiun KRL di wilayah Jabodetabek.
Vice President Secretary KAI Commuter, Anne Purba mengatakan, angka tersebut berkurang 14 persen dibanding hari Senin (25/4/2022) pada pekan lalu.
Sebelum cuti bersama karena libur lebaran, saat itu jumlah pengguna KRL menembus 216.228 orang.
Baca juga: Hari Pertama Kerja, KRL Bogor-Jakarta Langsung Penuh Sesak
“Persebaran pengguna KRL sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB pagi ini merupakan pengguna harian. Sementara itu selepas pukul 08.00 WIB pengguna KRL merupakan pengguna musiman yang masih memanfaatkan sisa libur bersama,” kata Anne berdasarkan keterangannya pada Senin (9/5/2022).
Menurutnya, Stasiun Bogor pada Senin (9/5/2022) pagi tampak ramai pengguna KRL.
Hingga pukul 09.00 WIB tercatat 14.938 pengguna atau berkurang 6 persen dibanding Senin (25/4/2022).
Kemudian Stasiun Bojonggede ada 13.618 pengguna atau beerkurang 10 persen.
Sementara itu Stasiun Citayam sejumlah 12.337 pengguna berkurang tujuh persen, serta Stasiun Cilebut sejumlah 9.101 pengguna berkurang 15 persen, sedangkan Stasiun Bekasi sejumlah 11.692 pengguna bertambah tiga persen.
KAI Commuter mengingatkan, seluruh pengguna untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, siapkan sertifikat vaksin atau aplikasi Peduli Lindungi sebelum naik KRL.
KAI Commuter masih memberlakukan pembatasan pengguna maksimal 60 persen.
Anne minta kepada masyarakat untuk menggunakan aplikasi KRL Access saat merencanakan perjalanan dengan KRL agar terhindar dari potensi kepadatan di stasiun maupun di KRL.
Gunakan juga Kartu Multi Trip (KMT) atau kartu uang elektronik bank untuk mengurangi penggunaan uang tunai dan mendukung upaya pemerintah dalam penerapan cashless society.
Baca juga: Lapak Pedagang di Pasar Kemiri Depok Terbakar, Sempat Ganggu Perjalanan KRL
“Layanan KRL tetap beroperasi dengan 1.035 perjalanan mulai pukul 04.00-24.00 WIB. Petugas baik di stasiun maupun KRL senantiasa mengingatkan pengguna untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan,” ujarnya.
KAI Commuter Tambah Jumlah Perjalanan KRL Jabodetabek
KAI Commuter melakukan penyesuaian layanan operasional Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek, dengan menambah jumlah perjalanan kereta menjadi 1.053 perjalanan per hari dari sebelumnya 1.007 perjalanan per hari.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyebutkan, selain itu penyesuaian juga dilakukan terhadap layanan operasional KRL yang saat ini beroperasi mulai pukul 04.00 WIB hingga 24.00 WIB.
“Dengan adanya penyesuaian ini, maka jumlah perjalanan KRL pada jam sibuk pagi hari sebanyak 376 perjalanan yang sebelumnya 309 perjalanan,” ucap Anne, Selasa (05/4/2022).
Kemudian pada jam sibuk sore hari, lanjut Anne, menjadi 337 perjalanan yang sebelumya hanya sebanyak 241 perjalanan kereta.
Anne juga menjelaskan, mengatur kapasitas penumpang KRL akan dilakukan dengan menyesuaikan peredaran rangkaian KRL dengan mengoperasikan rangkaian yang terdiri dari 12 kereta sebanyak 30 rangkaian.
“Kemudian mengoperasikan rangkaian KRL terdiri dari 10 kereta sebanyak 45 rangkaian, serta rangkaian KRL yang terdiri dari 8 kereta sebanyak 19 rangkaian,” ucap Anne.
Selain itu Anne juga mengungkapkan, adanya penyesuaian operasional KRL Jabodetabek ini sebagai upaya dalam menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.
“Kami juga tetap memberlakukan aturan-aturan protokol kesehatan yang berlaku serta pembatasan kapasitas penumpang sebanyak 60 persen sesuai dengan peraturan,” ucap Anne.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.