Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Terseret Turunnya Bursa Asia, IHSG Melemah 0,26 Persen ke 7.133

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (2/6/2022) dibuka dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Terseret Turunnya Bursa Asia, IHSG Melemah 0,26 Persen ke 7.133
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) 

Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp 55,2 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 18,9 miliar dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 18 miliar.

Sedangkan saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) Rp 25,1 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 23,4 miliar dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 9,5 miliar.

Sinyal Bank Central

Pelemahan bursa Asia dipicu oleh sinyal bank sentral yang memperkuat pesan hawkish dalam upaya untuk mengendalikan inflasi.

Sementara Jamie Dimon dari JPMorgan Chase& Co juga mengingatkan alarm pada ekonomi. Dimon memperingatkan investor untuk bersiap menghadapi badai ekonomi.

Baca juga: IHSG Dibuka Menguat 0,51 Persen ke 7.060, SMGR, INCO dan WSKT Paling Perkasa

Saham di Jepang, Australia dan Korea Selatan tergelincir.

Mengutip Bloomberg, data menunjukkan aktivitas manufaktur AS menunjukkan kemajuan yang tidak terduga, serta lowongan pekerjaan yang sangat tinggi memicu kekhawatiran Federal Reserve akan lebih memperketat suku bunga untuk memperlambat inflasi.

Berita Rekomendasi

Investor khawatir apakah kebijakan Fed yang lebih ketat akan menyebabkan resesi.

"Kami memang melihat peningkatan kemungkinan resesi pada paruh kedua tahun ini, berpotensi bertahan hingga tahun 2023 karena The Fed terus memerangi inflasi," kata Tracie McMillion, kepala strategi alokasi aset global Wells Fargo Investment Institute kepada Bloomberg.

McMillion juga memperingatkan bahwa pasar belum sepenuhnya memperhitungkan dampak pengurangan neraca Fed.

"Dampak pengetatan kuantitatif mulai bergulir dari neraca Fed bulan ini belum benar-benar teruji dan belum pernah terjadi sebelumnya. Dugaan kami adalah bahwa mungkin itu tidak sepenuhnya dihargai ke pasar," katanya.  (Herlina Kartika Dewi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas