Dipimpin BTPN Syariah Ventura, Startup Dagangan Raih Pendanaan Pra-Seri B 6,6 Juta Dolar AS
Dagangan akan menggunaan pendanaan baru yang didapat untuk meneruskan ekspansi bisnis dan meningkatkan kapabilitas tim pengembangan produk
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Startup rural e-commerce Dagangan meraih pendanaan Pra-Seri B senilai 6,6 juta dolar AS yang dipimpin oleh BTPN Syariah Ventura dengan partisipasi dari investor lain, termasuk Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik, CEO Payfazz, perusahaan fintech untuk UMKM dan masyarakat unbanked di Indonesia.
Dagangan akan menggunaan pendanaan baru yang didapat untuk meneruskan ekspansi bisnis dan meningkatkan kapabilitas tim pengembangan produk dan teknologi.
Startup ini juga akan bekerja sama dengan institusi keuangan lainnya untuk mengembangkan layanan finansial.
Baca juga: Startup Upway Raih Pendanaan Seri A Senilai 25 Juta Dolar AS
CEO dan Co-founder Dagangan, Ryan Manafe mengatakan, perusahaannya berkomitmen melayani masyarakat hingga ke daerah pelosok sehingga perekonomian di desa dapat tumbuh signifikan.
Pendanaan yang dipimpin oleh BTPN Syariah Ventura ini bukan sebatas investasi tapi juga menjadi permulaan dari ikhtiar bersama untuk memperkuat ekosistem digital yang inklusif bagi masyarakat Indonesia kedepannya.
“Kami telah bermitra dengan BTPN Syariah (perusahaan induk BTPN Syariah Ventura) sejak 2020 dan kami melihat semangat yang sama dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat Indonesia di pelosok," ujar Ryan dalam keterangan pers, Jumat (3/6/2022).
Dia menjelaskan, melalui pendanaan ini, BTPN Syariah Ventura memberikan akses kepada startup-nya pada ekosistem yang mereka miliki. "Ini memberi kami
kesempatan memperluas bisnis, termasuk memberikan kesempatan bagi para pengguna untuk mendapatkan akses dan layanan keuangan terbaik," kata dia.
Dagangan merupakan platform e-commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, bahan makanan segar dan beku, hingga produk fashion, dan memberikan layanan pengantaran barang belanjaan di hari yang sama dan keesokan harinya.
Startup ini membangun model bisnis yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk dapat berbelanja melalui berbagai channel, baik secara langsung melalui platform Dagangan, maupun melalui jaringan reseller dan pihak ketiga yang bekerja sama dengan Dagangan.
Baca juga: Pengamat: Ketika Gagal Dapat Pendanaan, Buat Startup Lakukan PHK
Startup yang berbasis di Yogyakarta ini menggunakan model hub-and-spoke dalam operasional bisnisnya serta membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfilment center (hub) di kota-kota tier 3-4 dan wilayah pedesaan sehingga biaya logistik menjadi lebih efisien.
Model operasional ini memberikan kemudahan bagi para pengguna aplikasi Dagangan dalam mendapatkan barang kebutuhan pokok sehari-hari dengan lebih mudah dan murah, sekaligus membantu produsen besar untuk menjangkau area-area yang sebelumnya sulit dilakukan akibat keterbatasan logistik.
“Tujuan utama kami adalah membangun perusahaan ritel dan e-commerce terintegrasi terbesar di Indonesia yang mampu menjangkau 90.000 desa dan kota-kota tier 3-4, dimana 80 % dari total penduduk Indonesia tinggal,” ungkap President dan Co-founder Dagangan, Wilson Yanaprasetya.
Wilson mengatakan, startup-nya sangat fokus pada pemetaan bisnis yang tepat dengan membuat organisasi yang efisien, menciptakan pertumbuhan yang konsisten, dan tentunya disertai dengan pengembangan teknologi yang inovatif untuk produk kami.
Baca juga: Platform Investasi Bibit.id Raih Pendanaan Baru Senilai 80 Juta Dolar AS Lebih
"Saat ini, setiap transaksi pada aplikasi Dagangan mampu memberikan profit yang bertumbuh, yang mana hal ini jarang terjadi pada startup yang baru berdiri,” ujar Wilson.
Sejak menerima pendanaan Seri A sebesar US$11,5 juta pada September 2021 lalu, Dagangan telah berhasil mencetak pertumbuhan bisnis hingga lima kali lipat. Saat ini mereka mengelola lebih dari 40 hub yang tersebar di berbagai area di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Produk dan layanan Dagangan telah menjangkau hampir 15.000 desa di 40 kota/kabupaten.