Sri Mulyani Isyaratkan Stagflasi Ekonomi Dunia Akibat Perang di Ukraina
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dampak pengetatan suku bunga itu akan berpengaruh terhadap inflasi dan juga nilai tukar, termasuk rupiah.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kementerian Keuangan menyatakan, jika pengetatan kebijakan suku bunga bank sentral di Amerika Serikat begitu cepat dan kenaikkannya tinggi, maka dampak terhadap perlemahan ekonomi global akan terlihat ke seluruh negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dampak pengetatan suku bunga itu akan berpengaruh terhadap inflasi dan juga nilai tukar, termasuk rupiah.
"Secara teknis mengenai masalah pertumbuhan dan tantangan global, semuanya sependapat bahwa persoalan inflasi di dunia saat ini kontribusi dari sisi produksi itu lebih dominan dibandingkan permintaan," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (8/6/2022).
Baca juga: Hadapi Kondisi Stagflasi, Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Beli
Implikasi dari hal tersebut yakni kalau penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter terlalu cepat atau ketat yang tujuannya mempengaruhi sisi permintaan, sebetulnya tidak menyelesaikan masalah dari sisi produksi.
"Kan persoalan awalnya adalah dari sisi produksi, yaitu produksinya terkena disrupsi akibat perang maupun karena waktu itu pandemi," kata Sri Mulyani.
Dia menilai, ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan ini akan menjadi satu tema terus-menerus, dalam pembahasan di forum ekonomi dunia dari sekarang hingga 2023.
"Dinamika antara permintaan dan supply, serta instrumen mana yang dianggap paling pas, paling tepat untuk bisa menyelesaikan potensi kemungkinan terjadi stagflasi. Dengan catatan, tanpa menimbulkan risiko ekonomi yang sangat besar ini yang akan menjadi tema di dalam kebijakan makro dan mikro, bahkan ke sektoral," pungkasnya.