Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

The Fed Kerek Suku Bunga, Analis Sebut Pelemahan Rupiah Bakal Kembali Berlanjut

Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun nantinya diprediksi akan ditutup melemah

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
zoom-in The Fed Kerek Suku Bunga, Analis Sebut Pelemahan Rupiah Bakal Kembali Berlanjut
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun nantinya diprediksi akan ditutup melemah di rentang Rp14.750 - Rp14.810 

Taiwan, Korea Selatan, dan India yang padat teknologi dapat melihat beberapa investor kembali setelah dana asing terjual lebih dari US$ 70 miliar pada tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

5. Surat utang Indonesia

Selain itu, investor juga akan melirik obligasi asal Indonesia yang termasuk paling berisiko di Asia dan yang paling sensitif terhadap pergolakan suku bunga AS.

Imbal hasil surat utang negara 5 tahun telah naik lebih dari 30 basis poin pada pekan ini seiring dengan persiapan untuk pukulan ganda dari kenaikan Fed dan kemungkinan Bank Indonesia yang mengikuti pada pekan depan.

Obligasi Indonesia termasuk yang berkinerja terburuk di Asia dengan penurunan agregat 2,1 persen sejauh bulan ini.

dampak ke Indonesia

Gubernur bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) Perry Warjiyo menyebut kenaikan suku bunga The Fed adalah "risiko yang terus dimonitor dan antisipasi".

Berita Rekomendasi

"Semoga tidak ada suatu surprises (kejutan) di global maupun domestik sehingga pemulihan ekonomi secara domestik terus berlanjut, stabilitas ekonomi dan keuangan terus terjaga, inflasi terus terjaga, nilai tukar [rupiah] terjaga," jelas Perry dalam seminar bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu (15/6/2022).

Perry memperkirakan suku bunga The Fed akan naik menjadi 2,75 persen tahun ini, dan meningkat kembali tahun depan menjadi 3,25 persen.

Implikasi dari kenaikan suku bunga The Fed, bank sentral negara-negara lain akan menempuh langkah serupa yang akan menandai perubahan besar dalam ekonomi global.

Bisnis dan rumah tangga yang telah menikmati bunga pinjaman yang rendah selama bertahun-tahun, akan terpukul oleh kebijakan ini.

"Sebagian besar bank sentral negara maju dan beberapa bank sentral negara berkembang memperketat kebijakan secara sinkron," kata Gregory Daco, kepala ekonom di perusahaan konsultan strategi EY-Parthenon.

Adapun, PBB dan World Bank memperirakan inflasi global yang terjadi saat ini akan menambah sekitar 75 juta - 95 juta penduduk miskin pada 2022, lebih buruk ketimbang perkiraan mereka sebelum pandemi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas