RI Miliki Potensi Besar di PLTA Saat Negara Eropa Sudah Mentok
Direktur Utama Arkora Hydro Aldo Artoko mengatakan, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perusahaan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT), PT Arkora Hydro menyatakan, Indonesia miliki potensi besar di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Direktur Utama Arkora Hydro Aldo Artoko mengatakan, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya.
"Kita punya banyak potensi kekayaan alam, satu di antaranya pembangkit listrik tenaga air. Di mana Eropa sudah hampir kembangkan seluruh potensi PLTA mereka, misal Norwegia itu 100 persen elektrifikasi dari PLTA," ujarnya dalam public expose di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (21/6/2022).
Aldo mengungkapkan, negara Eropa punya sumber daya alam bersih, sehingga tidak bergantung terhadap komoditas batu bara, minyak, dan lain-lain.
Baca juga: Arkora Hydro Buka Harga IPO di Rp 286 Hingga Rp 310 Per Saham
"Namun, prospek di Indonesia punya potensi besar dari studi konsultan Jepang dan Kementerian ESDM, punya 75 giga watt (GW) dari energi hidro," katanya.
Sayangnya, energi hidro yang dapat diakses di Indonesia saat ini baru sekira 8 persen saja dari potensi sebanyak 75 GW tersebut.
"Jadi, masih ada kurang lebih 60 ribu mega watt (MW) yang bisa diutilisasi dari energi hidro. Kita perlu kembangkan energi bersih," pungkas Aldo.
Adapun mengutip data Kementerian ESDM, kapasitas energi yang digunakan setiap tahun dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan.
Baca juga: Kemudahan Digital Payment Bikin Pebisnis dan UMKM Makin Semangat Cari Cuan di Online
Sebagian komponen utamanya atau lebih dari 60 persen berasal dari PLTA, dengan keseluruhan total kapasitas terpasang pembangkit berbasis energi terbarukan pada periode 2015 hingga 2020 mengalami peningkatan sebesar 22,93 persen.
Sementara, potensi elektrifikasi pembangkit listrik tenaga surya atap di Indonesia mencapai 32,5 GW, di mana total kapasitas terpasang hingga Juli 2021 baru mencapai 35,56 MW, atau hanya 0,1 persen dari yang diproyeksikan.