AS Terancam Resesi, Ini Jurus Menkeu Sri Mulyani Amankan Keuangan RI
Sri Mulyani mengatakan, situasi AS terancam resesi, pihaknya sekarang memusatkan level dan sumber risiko yang berasal dari volatilitas keuangan
Editor: Sanusi
![AS Terancam Resesi, Ini Jurus Menkeu Sri Mulyani Amankan Keuangan RI](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/presiden-jokowi-bertemu-delegasi-bank-dunia-di-istana-merdeka_20220217_222216.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dengan situasi Amerika Serikat (AS) terancam resesi, pihaknya sekarang memusatkan level dan sumber risiko yang berasal dari volatilitas sektor keuangan.
Dia menjelaskan, ancaman resesi itu akibat adjustment atau perubahan dari kebijakan yang terjadi, karena adanya disrupsi suplai dan inflasi untuk kemudian harus distabilkan.
"Kalau kita lihat dari sisi sektor keuangan, kita lihat US Treasury ini sekarang sudah mengalami kenaikan di level bahkan 3,21 persen untuk 10 tahun. Lalu dolar AS indeks juga mengalami penguatan di level 104, CDS (credit default swap) 5 tahun dan spread surat berharga negara (SBN) kita dalam hal ini juga mengalami kenaikan," ujarnya dalam raker dengan Banggar DPR RI, Jumat (1/7/2022).
Baca juga: Di Rapat Banggar, Sri Mulyani Ungkap Risiko Baru Outlook Ekonomi RI dan Dunia
Selanjutnya, capital outflow atau arus modal keluar di Indonesia juga terpengaruh dengan perubahan yang terjadi di Negeri Paman Sam.
Sri Mulyani melihat bahwa untuk total capital flow negatif, terutama untuk yang pemegang surat utang negara (SUN) dari asing.
"Jadi, untuk bonds holder yang menurun, harus kita sikapi dengan strategi fiskal yang harus makin hati-hati. Sebab, kita tidak lagi bisa mengandalkan suatu permintaan dan stabilitas, yang terutama berasal dari permintaan investor asing," katanya.
Baca juga: Harga Minyak Turun Imbas Ketidakpastian Produksi OPEC+ hingga Kekhawatiran Resesi
Karena itu, strategi dari fiskal dinilai Sri Mulyani akan sangat menentukan, dan juga memberikan ruang pada Bank Indonesia untuk juga bisa menstabilkannya.
"Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan Kementerian Keuangan sebagai kebijakan fiskal akan semakin dilihat oleh market. Apakah kita berjalan secara sinkron dan bersama-sama, bisa mengelola pemulihan ekonomi yang terjaga dan juga stabilitas tetap kita terus pertahankan," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.