Terpuruk, Kemungkinan Rupiah Tembus Rp 15.000 per Dolar AS Kian Terbuka Lebar
Melansir data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp 14.960 per dollar AS.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian melemah pada Senin sore (4/7/2022).
Melansir data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp 14.960 per dollar AS.
Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa Rupiah diprediksi bakal kembali melemah pada esok hari (5/7/2022).
Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Semakin Mendekati Level Rp 15.000 Per Dolar AS
Menurut analisisnya, mata uang Garuda berpotensi berada di level Rp 15.020 per dolar AS.
“Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah kembali melemah walaupun sebelumnya sempat melemah lebih dalam dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.941,” ucap Ibrahim, Senin (4/7/2022).
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.960 hingga Rp 15.020,” sambungnya.
Dirinya melihat perkembangan nilai tukar dolar dipengaruhi berbagai faktor eksternal dan internal.
Menurutnya, dolar AS mempertahankan mata uang yang sensitif terhadap perdagangan disematkan di dekat posisi terendah multi-tahun pada hari Senin dan Investor mencari keamanan karena kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global.
Baca juga: Sikapi IHSG Turun, Rupiah Menguat Tipis, Investor Akan Pertimbangkan Sejumlah Hal Ini
Kemudian faktor eksternal lainnya seperti adanya inflasi zona euro melonjak ke rekor lain, menambah kasus bagi Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga bulan ini.
Dan di AS dan di tempat lain, tanda-tanda kelemahan ekonomi menjadi lebih jelas. Data AS yang lemah menunjukkan risiko penurunan untuk laporan penggajian Juni Jumat ini.
Untuk faktor internal, lanjut Ibrahim, pasar terus menyoroti tingginya inflasi global yang berdampak terhadap inflasi di Indonesia.
“Tingginya inflasi pada Juni 2022 membuat Pemerintah harus mulai menyiapkan strategi untuk menahan kenaikan inflasi hingga akhir tahun,” pungkas Ibrahim.