RI Perlu Ambil Pelajaran dari Bangkrutnya Sri Lanka, Analis Singgung Utang dan Inflasi, Masih Aman?
Indonesia perlu mengambil pelajaran dari situasi yang sedang terjadi di Sri Lanka.
Editor: Sanusi
Ia menyebut, Indonesia perlu mewaspadai konflik-konflik geopolitik, terutama yang berpotensi menyebabkan ketidakpastian ekonomi global. Terkait pangan, sangat penting bagi Indonesia dalam melakukan diversifikasi pangan melalui dua hal.
Pertama, menemukan sumber impor baru agar tidak ada ketergantungan pada satu satu negara tertentu. Kedua, memperkuat sektor pertanian Indonesia melalui upaya modernisasi yang berkelanjutan.
Indonesia juga perlu tetap aktif dalam perdagangan internasional, fokus pada ekspor produk yang bernilai tinggi dan terbuka terhadap impor untuk menambah daya saing produknya. Tindakan proteksionis sudah terbukti tidak sejalan dengan tujuan pemulihan ekonomi nasional.
Menkeu Bilang masih aman
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kondisi perkonomian Indonesia tidak akan mengalami nasib seperti Sri Lanka.
Lantaran, Indonesia memiliki ketahanan yang lebih baik sehingga mampu mencegah kondisi kebangkrutan, dikutip dari Kompas.com.
Menkeu menilai, indikator-indikator ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi yang cukup baik.
Sehingga risiko resesi ekonomi yang dialami Indonesia hanya sebesar 3 persen, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Bloomberg.
Kondisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya yang bahkan memiliki potensi resesi lebih dari 70 persen.
Meski demikian, ia memastikan Pemerintah tidak akan terlena dengan hal itu dan akan tetap mewaspadai ketidakpastian global.
"Ini tidak berarti kita terlena, tapi tetap waspada. Namun pesannya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan, naik itu fiskal, moneter, sektor finansial, dan regulasi lainnya untuk memonitor itu (potensi resesi), termasuk kondisi dari korporasi Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers rangkaian Pertemuan G20 di Bali, Rabu (13/7/2022).
Menkeu menjelaskan, saat ini seluruh dunia sedang mengalami konsekuensi dari geopolitik Rusia-Ukraina.
"Seluruh dunia sekarang menghadapi konsekuensi dari geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi," ujar Sri Mulyani.
Kenaikan inflasi yang tinggi juga dialami oleh negara-negara maju yang biasanya mengalami deflasi.