Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menkeu Janet Yellen Peringatkan Tingginya Inflasi AS

Hampir 50 persen dari kenaikan inflasi Amerika Serikat saat ini berasal dari lonjakan biaya energi.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Menkeu Janet Yellen Peringatkan Tingginya Inflasi AS
wamc.org
Menteri Keuangan AS Janet Yellen. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA – Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen telah memperingatkan, laju inflasi Amerika Serikat saat ini masuk ke dalam kategori sangat tinggi.

Yellen mengatakan, prioritas utama Washington saat ini adalah menurunkan laju inflasi. Data yang dirilis Rabu (13/7) menunjukkan inflasi konsumen AS naik menjadi 9,1 persen. Ini menjadi kenaikan tertinggi sejak 1981.

“Kami pertama dan terutama mendukung upaya The Fed tentang apa yang mereka anggap perlu untuk mengendalikan inflasi,” kata Yellen pada konferensi pers di Bali.

“Di luar itu, kami mengambil langkah yang kami yakini akan mendukung untuk menurunkan inflasi, terutama apa yang akan kami lakukan pada harga energi dan cadangan minyak strategis.” imbuhnya.

Dikutip dari CNBC, Jumat (15/7/2022) Yellen menyatakan hampir setengah dari kenaikan harga yang mengakibatkan inflasi berasal dari biaya energi yang tinggi.

Baca juga: Ini Dampak Melonjaknya Inflasi Amerika Serikat ke Ekonomi Indonesia

Ditanya apakah menurunkan inflasi lebih penting daripada risiko resesi yang disebabkan oleh suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat, Yellen mengatakan dia percaya bahwa prioritas utama adalah menurunkan inflasi karena pasar tenaga kerja “saat ini sangat kuat”.

Berita Rekomendasi

“Bagaimanapun, kenaikan suku bunga dapat memiliki efek limpahan ke ekonomi lain.” ungkap Yellen.

Baca juga: Bursa Saham Eropa Melemah Menyusul Dirilisnya Data Inflasi Amerika Serikat

Di sisi lain, mata uang dolar AS yang kuat akan membuat mata uang lain relatif lebih lemah, tetapi juga dapat membuat ekspor mereka lebih murah dan lebih menarik.

“Di satu sisi bisa memperkuat kemampuan ekspor mereka yang bagus untuk pertumbuhan mereka. Di sisi lain, sejauh negara-negara memiliki utang dalam mata uang dolar, itu dapat memperparah masalah utang itu,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas