Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengiriman Gas Gazprom Melalui Pipa Yamal Merosot Setelah Rusia Mengoperasikan Jalur Nord Stream 1

Pengiriman gas milik perusahaan Gazprom Rusia melalui jalur pipa Yamal dilaporkan mengalami penurunan drastis, pada perdagangan Jumat (22/7/2022).

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Pengiriman Gas Gazprom Melalui Pipa Yamal Merosot Setelah Rusia Mengoperasikan Jalur Nord Stream 1
TASS/Vitaly Nevar
Fasilitas kilang minyak Gazprom. Pengiriman gas milik perusahaan Gazprom Rusia melalui jalur pipa Yamal dilaporkan mengalami penurunan drastis, pada perdagangan Jumat (22/7/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Pengiriman gas milik perusahaan Gazprom Rusia melalui jalur pipa Yamal dilaporkan mengalami penurunan drastis, pada perdagangan Jumat (22/7/2022).

Penurunan tersebut terjadi setelah Rusia mulai membuka kembali operasi ekspor gas untuk Eropa melalui pipa jalur Nord Stream 1 pada Kamis (21/7/2022), setelah sebelumnya jalur Nord Stream 1 mengalami pemeliharaan selama 10 hari.

Imbas dari pembukaan jalur tersebut, kini pengiriman gas melalui pipa Yamal menuju Eropa mengalami penurunan. Ini terlihat dari data statistika yang dirilis oleh operator pipa Gascade, dimana pada Jumat pagi arus keluar pipa Yamal dari titik pengukuran Mallnow di perbatasan Jerman hanya sebesar 2.652.767 kWh/jam.

Baca juga: Spanyol Enggan Dukung Proposal Pemangkasan Impor Gas Rusia Oleh Uni Eropa

Angka ini terpaut jauh apabila dibandingkan dengan jumlah pengiriman di hari sebelumnya, dimana pada saat itu jumlah aliran melalui pipa Yamal ke Eropa dipatok 3.911.000 kWh/jam. Penurunan juga terlihat pada pengiriman gas Gazprom untuk Eropa lewat jalur Ukraina via pipa Sudzha, dimana ekspor pada pipa ini ikut terkerek turun menjadi 41,9 mcm dari sebelumnya sebesar 42,2 mcm.

Sementara untuk aliran gas Rusia ke Slovakia dari Ukraina melalui titik perbatasan Velke Kapusany terpantau stabil dengan pengiriman sebesar 36,9 juta meter kubik (mcm) per hari, tidak berubah dari jumlah di hari sebelumnya.

Meski pembukaan pipa Nord Stream 1 mempengaruhi jumlah pengiriman gas pipa Yamal  dan pipa Sudzha, namun dengan dimulainya operasi Nord Stream 1 memberikan sedikit harapan bagi para investor Eropa di tengah krisis energi yang menimpa pasar UE.

Berita Rekomendasi

Mengingat pipa Nord Stream 1 sendiri merupakan jalur ekspor gas Rusia terbesar bagi Uni Eropa. Dimana jalur lepas pantai yang membentang di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman ini, biasanya mengalirkan lebih dari 160 juta meter kubik (mcm) per hari atau sekitar 55 miliar meter kubik (bcm) per tahun.

Baca juga: Euro Kembali Rebound Setelah Rusia Lanjutkan Pengiriman Pasokan Gas Lewat Pipa Nord Stream 1

Jalur ini menjadi populer dikalangan importir lantaran pengiriman melalui jalur pipa Nord Stream 1 terbilang dekat, alasan tersebutlah yang membuat para importir gas Rusia lebih memilih menggunakan jalur ini.

Reuters mencatat setelah Rusia membuka operasi pipa Nord Stream 1, jalur ini mengalami lonjakan arus pengiriman pada Jumat pagi sebesar 29.191.527 kWh/jam naik dari pengiriman di hari-hari sebelumnya dimana biasanya Nord Stream hanya mengalirkan 29.000.000 kWh/jam.

Rusia Buka Pipa Nord Stream 1

Raksasa energi Rusia, Gazprom membuka kembali pipa gas Nord Stream 1 pada Kamis (21/7/2022) pagi.

Di tengah ketidakpercayaan negara Barat terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina, Moskow ternyata menepati janjinya, bahwa penutupan Nord Stream 1 dilakukan untuk pemeliharaan selama 10 hari.

Baca juga: Rusia Buka Pipa Nord Stream 1, Harga Gas Alam Eropa Langsung Susut 6,5 Persen

Dikutip dari DW News, Presiden Badan Jaringan Federal Jerman, Klaus Müller, mengatakan di Twitter bahwa pipa itu berjalan pada sekitar 30 persen dari kapasitas dan bahwa jumlah ini dijamin selama dua jam.

Müller mengatakan, bagaimanapun, bahwa itu tidak biasa untuk tingkat pengiriman berubah dalam sehari.

Eropa sedang menunggu kembalinya pasokan gas dari Rusia, di tengah kekhawatiran bahwa Moskow akan memutuskan untuk menutup keran hampir, berpotensi memicu krisis energi. Jerman menuduh Kremlin menggunakan energi sebagai "senjata".

"Moskow tidak menghindar dari penggunaan biji-bijian dan pengiriman energi sebagai senjata. Kita harus tegas dalam melindungi diri kita sendiri," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz kepada wartawan awal pekan ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas