Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bank Sentral China Peringatkan Risiko Inflasi Imbas dari Melonjaknya Indeks Harga Konsumen

Bank sentral China mengatakan bahwa pihaknya akan menjaga ekonomi dari ancaman inflasi, seraya berjanji untuk menghindari stimulus besar-besaran

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bank Sentral China Peringatkan Risiko Inflasi Imbas dari Melonjaknya Indeks Harga Konsumen
Dok Tribunnews.com
Ilustrasi lonjakan laju inflasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Bank sentral China mengatakan bahwa pihaknya akan menjaga ekonomi dari ancaman inflasi, seraya berjanji untuk menghindari stimulus besar-besaran dan pencetakan uang yang berlebihan untuk memacu pertumbuhan.

“Bank sentral akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan memastikan harga stabil,” kata pejabat bank sentral China dalam laporan kebijakan moneter triwulanan yang dirilis pada Rabu (10/8/2022).

“Pada saat yang sama, ini akan memberikan dukungan yang lebih kuat dan berkualitas lebih tinggi kepada ekonomi riil,” imbuhnya.

Selain itu, bank sentral China juga memperingatkan bahwa tekanan inflasi struktural dapat meningkat dalam jangka pendek, dan tekanan inflasi impor tetap ada.

Baca juga: Inflasi Meksiko Capai Level Tertinggi dalam 21 Tahun Menjelang Keputusan Suku Bunga

Dilansir dari Business Times, Kamis (11/8/2022) peringatan yang dikeluarkan oleh bank sentral China datang ketika data resmi menunjukkan inflasi meningkat pada Juli menjadi 2,7 persen, yang sebagian besar didorong oleh melonjaknya harga daging babi.

Bank sentral lalu mengatakan, inflasi konsumen kemungkinan akan melebihi 3 persen dalam beberapa bulan selama paruh kedua tahun ini.

Berita Rekomendasi

Namun, China kemungkinan akan mencapai target dalam menjaga inflasi setahun penuh sekitar 3 persen pada 2022, berkat langkah-langkah yang diambil untuk memastikan pasokan biji-bijian dan energi serta kebijakan moneter dapat dikendalikan.

"Inflasi struktural tidak akan mempengaruhi arah kebijakan moneter, tetapi lebih lanjut dapat membatasi ruang untuk pelonggaran," kata Gao Ruidong, kepala ekonom di Everbright Securities.

Sementara itu, fokus laporan pada tekanan inflasi jangka pendek dan bagaimana menerapkan kebijakan, menunjukkan bahwa bank sentral China kemungkinan akan melanjutkan sikapnya terhadap kebijakan moneter yang akomodatif dan low-profile.

Di samping itu, janji dalam laporan untuk tidak mengeluarkan uang berlebihan menyiratkan bahwa bank sentral China menganggap pasokan likuiditas saat ini sudah cukup, yang berarti hal itu mungkin tidak mengurangi jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan atau memotong suku bunga untuk sisa tahun ini.

Baca juga: Bursa Saham Asia Goyah Jelang Rilisnya Data Inflasi AS dan Prospek The Fed  

Pada hari rabu (10/8). Bank sentral China mengatakan, faktor-faktor yang menahan inflasi selama 2 dekade terakhir, seperti globalisasi, telah berbalik arah.


Kemudian, bank sentral China juga menambahkan bahwa kenaikan harga daging babi dan ketergantungan China pada gas serta minyak impor juga menciptakan tantangan tersendiri.

“Melonjaknya inflasi di AS dan Eropa adalah pelajaran bagi kebijakan makroekonomi China,” kata bank sentral China.

“Mempertahankan mata uang yang stabil adalah tanggung jawab utama bank sentral, dan menjaga inflasi yang stabil adalah kuncinya,” pungkas bank sentral China.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas