Kondisi Perekonomian Global Belum Membaik, Sejumlah Negara Berjuang Keluar dari Tekanan Ekonomi
Ekonomi Inggris mengalami kontraksi di kuartal kedua tahun ini, yang dipicu oleh krisis biaya hidup yang sedang melanda negara itu.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi ekonomi global berpotensi melemah yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, sehingga mendorong kenaikan harga pangan global dan energi.
Sejumlah negara mengalami gejolak perekonomian yang cukup mengkhawatirkan.
Hal tersebut terlihat dari lonjakan inflasi yang signifikan, baik dari wilayah Eropa, Amerika maupun Asia.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Global Direvisi Menyusut, Ekonom Sebut Indonesia Mampu Tembus di Atas 5 Persen
Berikut ini Tribunnews.com rangkum informasi terkait perkembangan ekonomi dari berbagai negara di dunia pada minggu ini, yang dilansir dari We Forum.
1. Ekonomi Inggris berkontraksi
Ekonomi Inggris mengalami kontraksi di kuartal kedua tahun ini, yang dipicu oleh krisis biaya hidup yang sedang melanda negara itu.
Data resmi yang diterbitkan pemerintah Inggris menunjukkan produk domestik bruto (PDB) menyusut 0,1 persen di kuartal kedua tahun ini, lebih rendah dari perkiraan para analis sebelumnya sebesar 0,3 persen.
Deputi Gubernur Bank of England (BoE) Dave Ramsden mengungkapkan pada Selasa (9/8/2022) lalu kemungkinan BoE harus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi inflasi.
Baca juga: Analis: Perang Rusia-Ukraina Buat Ekonomi Moskow Mundur 4 Tahun dalam 1 Kuartal
2. Pertumbuhan ekonomi Filipina melambat
Pertumbuhan ekonomi Filipina melambat pada kuartal kedua tahun ini di tengah inflasi yang tinggi. PDB Filipina mencapai 7,4 persen, lebih rendah dari yang diperkirakan para analis yaitu sebesar 8,2 persen.
3. Kepercayaan bisnis Australia bulan Juli rebound
Ukuran kepercayaan bisnis Australia rebound di bulan Juli karena penjualan dan laba dapat bertahan dengan baik dalam menghadapi kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi, meskipun perusahaan juga melaporkan rekor biaya yang tinggi di tengah krisis pasokan.
4. Inflasi Yunani di Bulan Juli Melambat
Inflasi Yunani di bulan Juli melambat menjadi 11,6 persen, dari sebelumnya sebesar 12,1 persen di bulan Juni. Lonjakan biaya untuk energi, perumahan, transportasi dan makanan adalah faktor utama yang menopang angka tersebut, kata layanan statistik ELSTAT.
Baca juga: Mendag Apresiasi Kontribusi APR Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional