Harga Minyak Mentah Mengalami Tekanan, Sepekan Anjlok 1,5 Persen di Tengah Ancaman Resesi
Investor khawatir kenaikan suku bunga The Fed yang tinggi akan menyebabkan perlambatan ekonomi dan melemahkan permintaan bahan bakar.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kekhawatiran investor akan sikap agresif The Fed dalam menghalau ancaman resesi, telah membuat permintaan minyak melemah hingga memicu penurunan harga minyak mentah pada perdagangan Senin (22/8/2022).
"Investor khawatir bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga yang curam oleh The Fed akan menyebabkan perlambatan ekonomi dan melemahkan permintaan bahan bakar," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities.
Menurut pantauan Reuters, baik Brent dan minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kompak ambles sekitar 1,5 persen selama satu pekan kemarin. Imbas dari penurunan tersebut kini minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 1,17 dolar AS atau 1,2 persen menjadi 95,55 dolar AS per barel pada 0054 GMT.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Masih Tinggi, Pemerintah Isyaratkan Penyesuaian Harga Pertalite
Penurunan serupa juga terjadi pada minyak mentah berjangka WTI untuk pengiriman September, yang terpantau turun sebanyak 1,12 dolar AS, atau 1,2 persen, menjadi 89,65 dolar AS per barel. Sementara WTI kontrak Oktober ambles 1,15 dolar AS, atau 1,3 persen di kisaran 89,29 dolar AS.
Sebelum minyak mentah mengalami penurunan harga, pada awal pekan lalu minyak dunia sempat melonjak dalam perdagangan yang bergejolak karena komentar yang dibuat oleh Presiden Federal Reserve Richmond Thomas Barkin.
Pihaknya menyebut bahwa Fed akan menyeimbangkan jalur kenaikan suku bunganya dengan ketidakpastian ekonomi.
Namun sayangnya kenaikan tersebut hanya terjadi sementara, usai The Fed menarik pernyataannya dengan memacu kenaikan suku bunga ke level tertinggi.
Harga minyak kembali melanjutkan penurunan, ini terjadi lantaran nilai dolar perlahan mulai menguat hingga membuat para investor yang tak menggunakan mata uang dolar mengalami kesulitan dalam membayar impor minyak mentah.
Selain risalah The Fed, penurunan harga minyak terjadi imbas dari adanya lonjakan pasokan minyak dunia karena sikap Joe Biden dan para pemimpin dari Prancis, Jerman dan Inggris yang berencana menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran 2015 di Teheran.
Apabila nantinya kesepakatan nuklir dari Timur Tengah ini resmi disahkan maka negara – negara di atas tadi dapat beralih menggunakan pembangkit tenaga nuklir dan mulai mengurangi impor pasokan minyak dari produsen OPEC, tekanan tersebutlah yang membuat harga minyak terkoreksi di awal pekan ini.