Harga Minyak Dunia Turun, Dibayangi Ketegangan Pasar Akibat Lockdown China
Harga minyak dunia berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) terpantau ambles di awal pembukaan pasar Asia
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Harga minyak dunia berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) terpantau ambles di awal pembukaan pasar Asia pada hari Senin (12/9/2022).
Menurut pantauan Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 78 sen, atau 0,9 persen, menjadi 86,01 dolar AS per barel pada Senin Pagi 0040 GMT.
Setelah sebelumnya sempat bull sebanyak 4,1 persen pada hari Jumat (9/9/2022).
Kondisi serupa juga dialami minyak mentah West Texas Intermediate AS yang amblas 73 sen, atau 0,8 persen menjadi 92,11 dolar AS per barel, setelah naik 3,9 persen di sesi sebelumnya.
Baca juga: Dibayangi Resesi Ekonomi, Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level 94,84 Dolar AS Per Barel
Harga ini terpaut jauh apabila dibandingkan dengan prospek harga minyak mentah di pekan lalu, dimana saat itu harga minyak dipatok naik sekitar 4 persen.
Namun harga tersebut berbalik dan anjlok pada awal perdagangan Senin pagi, setelah pasar global dibayangi kenaikan suku bunga The Fed yang agresif serta pemangkasan pasokan minyak oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) akibat adanya pembatasan Covid-19 di wilayah Chengdu China.
Tekanan ini yang membuat daya minat investor pada perdagangan minyak memudar.
"Kekhawatiran permintaan berpusat pada dampak kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi dan kebijakan nol COVID China," tulis analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Akan tetapi sejumlah analis percaya apabila harga minyak global dapat kembali mencatatkan rebound menjelang akhir tahun mendatang.
Prediksi ini didukung dengan adanya ancaman penghentian ekspor minyak Rusia sebagai imbas dari adanya sanksi pembatasan harga.
Apabila nantinya kelompok G-7 kompak memberlakukan pembatasan harga, maka Eropa dipastikan tak kan mendapat pasokan minyak Moskow.
Hal tersebut yang kemudian membuat stok minyak dunia menipis di tengah meningkatnya permintaan.
Dengan alasan ini harga minyak bisa dibanderol dengan mahal dari sesi sebelumnya.