Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menko Airlangga: Rekayasa Genetika Bisa Tingkatkan Produktivitas Pangan Nasional

GMO bisa diterapkan pada semua produk pertanian, tidak jagung tetapi juga padi dan termasuk kedelai. 

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Menko Airlangga: Rekayasa Genetika Bisa Tingkatkan Produktivitas Pangan Nasional
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Petani penggarap sedang merontokkan gabah seusai panen di lahan tadah hujan yang berlokasi di kawasan Belendung, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Rabu (18/8/2021). WARTA KOTA/NUR ICHSAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah mendorong penggunaan rekayasa genetik (GMO) untuk meningkatkan produktivitas pangan nasional.

Menurutnya, GMO bisa diterapkan pada semua produk pertanian, tidak jagung tetapi juga padi dan termasuk kedelai. 

“Ini yang kami kemarin dalam Ratas sudah meminta, karena ini hanya butuh peraturan dari Menteri Pertanian sehingga kita akan terus dorong produktivitas pangan dengan rekayasa genetika.” kata Airlangga di Jakarta, Selasa (13/9/2022). 

Dia menjelaskan, jika dengan bibit biasa, panen jagung hanya bisa 5-6 ton, namun dengan GMO mencapai 12-13 ton. 

Produk pangan seperti kedelai yang diimpor pun umumnya menggunakan produk GMO. 

“Ketahanan pangan bukan saja menjadi prioritas namun target untuk kesejahteraan dan pemerataan,” kata Menko Airlangga lagi.

Berita Rekomendasi

Pemerintah juga mendorong diversifikasi pangan lokal untuk menurunkan ketergantungan dari impor gandum. 

Baca juga: FDA Setujui Penggunaan Babi GalSafe, Hewan Transgenik Terbaru untuk Transplantasi Manusia

“Hampir 25 persen kebutuhan masyarakat sudah meningkat untuk noodle dan roti, yang perlu kita lakukan diversifikasi, salah satunya mencoba menanam untuk sorgum, kedua mendorong penanaman tapioka untuk makanan dan ketiga pemanfaatan kembali tepung sagu untuk kue,” ucap Airlangga.

“Tentu kita berikan insentif untuk hal-hal tersebut,“ sambung dia.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mencatat, konsumsi beras di masyarakat turun, gantinya adalah konsumsi gandum, bukan pangan lokal. 

Baca juga: Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Dorong Produk Pangan RI Banjiri Arab Saudi

“Pangan lokal turun, beras turun, kita semua tahu jawabannya, mi instant, itu cadangan pangan kita. Dan pertumbuhan impor gandum 16,5 persen per tahun. Itu jawabannya, diversifikasi pangan. Ini jadi catatan penting gimana menjawab isu kedepan,” kata Andreas. 

Institut Pertanian Bogor sendiri telah memiliki sejumlah teknologi untuk mendorong diversifikasi pangan

Namun skalanya masih kecil dan butuh industri untuk turun tangan. Pemerintah bisa memberdayakan petani di desa untuk mengembangkan pangan lokal seperti gandum, jagung, sagu, dan sorgum.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas