Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Laju Rupiah Semakin Melemah Berada di Atas Rp 14.900 per Dolar AS, Ini Sejumlah Penyebabnya

Fluktuasi nilai tukar rupiah masih terdampak sentimen internal dan juga eksternal.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Laju Rupiah Semakin Melemah Berada di Atas Rp 14.900 per Dolar AS, Ini Sejumlah Penyebabnya
eswete
Rupiah dan dolar diperdagangkan di Money Changer. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (14/9/2022) melemah ke level Rp14.928. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (14/9/2022) melemah ke level Rp14.928.

Sebelumnya pada Selasa (13/9/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.852.

Berdasarkan pantauan Tribunnews, kurs rupiah di pasar spot tak mampu keluar dari tekanan dalam 2 hari terakhir.

Pada Selasa (13/9), rupiah spot ditutup di level Rp14.852 per AS, melemah dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp14.842 per dolar AS.

Baca juga: Terlemah di Asia, Rupiah Spot Siang Ini Sentuh Level Rp14.864 per Dolar AS

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah masih terdampak sentimen internal dan juga eksternal.

Untuk faktor internal, pasar masih terjebak pada sentimen populis yang menyikapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

BERITA TERKAIT

"Pelaku pasar menilai penyesuaian harga BBM adalah kebijakan yang sulit dihindari pemerintah, ketika harga minyak dunia terus berada di kisaran 100 dolar AS per barel seperti sekarang ini. Kebijakan ini adalah pil pahit yang harus ditelan untuk kesehatan fiskal negara," ujar Ibrahim kepada Tribunnews belum lama ini.

Kemudian, dia menyebut bahwa sebagian publik juga masih mengabaikan fakta objektif kondisi keuangan negara, nilai tukar rupiah, dan krisis energi global.

Konflik antara Rusia dan Ukraina sebenarnya telah membuat produksi dan pasokan minyak mentah dari kedua negara terhambat, sehingga terjadi kenaikan harga minyak dunia.

Untuk faktor eksternal, nilai tukar terpengaruh Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga deposito utamanya menjadi 0,75 persen.

"Itu kenaikan terbesar yang pernah ada, dan Presiden Christine Lagarde memandu untuk dua atau tiga kenaikan lainnya dalam upaya untuk membawa inflasi pada level rekor kembali ke target bank 2 persen," pungkas Ibrahim.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas