Harga Minyak Naik Menyusul Rencana Pengurangan Produksi dari OPEC+
harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 65 sen atau 0,77 persen, menjadi 84,71 dolar AS per barel
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga minyak menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (27/9/2022), di tengah indikasi bahwa aliansi produsen minyak OPEC+ dapat memberlakukan pengurangan produksi untuk menghindari penurunan harga.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 65 sen atau 0,77 persen, menjadi 84,71 dolar AS per barel pada pukul 05:02 GMT.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November naik 64 sen menjadi 77,35 dolar AS per barel.
Baca juga: Pengamat: Turunnya Harga Minyak Tidak Pernah Menurunkan Harga BBM
Dalam dua sesi perdagangan sebelumnya, Brent dan WTI merosot masing-masing 7,1 persen dan 8,1 persen.
Penurunan itu terjadi menyusul penguatan dolar AS yang membuat minyak mentah berdenominasi dolar AS lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Meningkatnya kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga yang dapat memicu resesi sehingga membatasi permintaan bahan bakar, juga berkontribusi menahan kenaikan harga minyak.
Pelemahan dolar AS hari ini memberikan beberapa bantuan bagi pasar minyak. Indeks dolar turun sedikit dari level tertingginya dalam 20 tahun terakhir yang disentuh pada Senin (26/9/2022) kemarin.
Sementara pejabat dari produsen utama minyak mentah dunia bereaksi terhadap penurunan yang terjadi beberapa hari terakhir, dengan mengisyaratkan kemungkinan mereka akan mengambil tindakan untuk menstabilkan harga minyak.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Dibayangi Ketegangan Pasar Akibat Lockdown China
Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar pada Senin kemarin mengungkapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, atau dikenal sebagai OPEC+, sedang memantau situasi harga minyak dan ingin menjaga keseimbangan di pasar minyak.
"Kami tidak ingin kenaikan tajam harga minyak atau keruntuhan," katanya dalam sebuah wawancara di TV pemerintah Irak.
Analis mengatakan, OPEC+ dapat melakukan intervensi untuk mendukung harga minyak dengan secara kolektif mengurangi produksi mereka.
"Jika kita ingin melihat pemotongan, mereka harus sedikit lebih besar dari 100.000 barel per hari (bph) yang disepakati pada pertemuan terakhir untuk memiliki dampak yang berarti pada pasar," kata analis di ING Economics.
OPEC+ meningkatkan produksi tahun ini setelah pemotongan rekor dilakukan pada tahun 2020, karena penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Namun dalam beberapa bulan terakhir, kelompok ini telah gagal meningkatkan output dari yang direncanakan sebelumnya.
Gangguan dari perang Rusia-Ukraina menambah kegelisahan pasar di tengah kurangnya kejelasan atas rencana batas harga Uni Eropa pada ekspor minyak Rusia yang diperkirakan akan dimulai pada bulan Desember.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Pengamat Energi Sebut Ada Kemungkinan Harga BBM Juga Ikutan Turun
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.