Dibayangi Resesi Global, Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Dinilai Mampu Bertahan
dibayangi resesi, pertumbuhan ekonomi dan pasar modal Indonesia dinilai oleh sejumlah pengamat ekonomi dan analis masih cukup menjanjikan
Editor: Sanusi
“Saat ini harga batu bara US$430 per ton hingga US$440 per ton masih cukup kencang peningkatannya ke depan. Apalagi, winter sudah membayangi di Eropa, sedangkan suplai gas Rusia terbatas di mana sudah banyak pipanya yang ditutup. Di China saja sudah ada heatwave yang notabene perlu listrik. Negara-negara Eropa balik lagi ke batu bara. Tren ke depan masih sangat kencang. Batu bara akan turun jika suplai minyak dan gas dari Rusia bisa berjalan normal lagi,” jelas Liza.
Selanjutnya, Rita Effendy, Investment Specialist menambahkan, setidaknya ada tiga sektor yang menarik yakni sektor perbankan, komoditi energi dan energi baru terbarukan (EBT).
Sektor banking menjadi menarik, hal ini dikarenakan capital inflow dari asing masih memilih emiten yang memiliki market cap terbesar, yang notabene didominasi oleh bank.
“Salah satu yang paling besar adalah BBCA. Selain BBCA ada juga BBRI yang cukup menarik. BBRI, BMRI dan BBNI, biasanya 4 bank ini akan menjadi incaran asing. Karena memang selain market cap yang besar mereka juga masih banyak katalis-katalis yang cukup menarik,” imbuh Rita.
Sedangkan dari sektor komoditas tentunya terkait dengan energi, di antaranya gas dan batu bara. Emiten yang terkait sektor itu dinilai memiliki prospek cukup baik ke depan. Selain sektor-sektor tersebut, yang prospek lainnya ialah produsen pulp. Banyak negara-negara Eropa yang terganggu produksi pulp-nya akibat pasokan gas dari Rusia. Tentunya, ini akan menjadi sentimen positif bagi emiten terkait.
“Sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) juga sangat potensial, karena didukung ada road map dan kebijakan pemerintah terkait EBT, dari kementerian ESDM saat ini EBT masih 11 persen di tergetkan pada 2050 sebesar 30 persen. Lalu, ada kebijakan pajak karbon yang akan rampung pada akhir 2022. Ini akan mendukung sektor EBT ke depan. ARKO, KEEN, menjadi pilihan yang menarik,” jelas Rita.
Sementara itu, Jani, Capital Market Practitioner, yang mengandalkan Cacing Rotation Graph (CRG) melihat bahwa sektor kesehatan memiliki tren meningkat ke depan. Emiten yang cukup potensial pada sektor kesehatan ialah PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk dengan kode MIKA.
Dalam 4 kuadran yang dikategorikan dalam CRG, MIKA berada di kuadran 1 atau berada di leading quadrant, sedangkan 3 kuadran lainnya ialah weakening quadrant, lagging quadrant, dan improving quadrant.
Menurut Jani, CRG ini dugunakan sebagai petunjuk when to buy, when to sale, dan when to hold, serta what to buy, what to sale, dan what to hold.
“Per 30 September 2022 ada TLKM, TLKM, BFIN, BMRI, dan MIKA yang mengalami bullish. MIKA sumbu x dan y nya positif dan berada di kuadran 1, jadi sangat potensial,” terang Jani. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.