Mendag Zulkifli Hasan: Kolaborasi Jadi Kunci Utama Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi
Menurut Zulkifli Hasan, kerja sama merupakan kunci penting untuk menghadapi risiko ancaman resesi perekonomian global.
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyampaikan ancaman resesi global di tahun 2023 mampu ditepis dengan cara kerja sama pada level global maupun nasional.
Menurut Zulkifli Hasan, kerja sama merupakan kunci penting untuk menghadapi risiko ancaman resesi perekonomian global.
Meski begitu, dia mengatakan saat ini ekonomi Indonesia kian menunjukkan tren yang positif dalam menjaga tingkat inflasi. Terlebih, kinerja perdagangan Indonesia turut mengalami tanda-tanda perbaikan.
Baca juga: Menaker Sentil Pengusaha, Jangan Manfaatkan Isu Resesi untuk PHK Karyawan
"Indonesia akan semakin maju, kalau kita berkolaborasi dan bekerja sama. Itu kunci penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Zulkifli Hasan dalam keterangannya, Selasa (8/11/2022).
Zulkifli Hasan mengatakan, ditengah kondisi ketidakpastian global, ekonomi nasional justru mengalami pertumbuhan hingga 5,72 persen pada kuartal III tahun 2022. Serta, neraca perdagangan Indonesia juga surplus selama 29 bulan berturut-turut.
"Bahkan, pada Januari sampai September 2022, surplus mencapai USD 39,87 miliar. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari hasil sinergi seluruh para pemangku kepentingan dalam menjaga perekonomian nasional," tutur dia.
Disisi lain, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah menanggapi ancaman resesi ekonomi global di tahun 2023.
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Tinjau Pasar Induk Cipinang: Stok Beras Aman
Dia menyampaikan, saat ini ekonomi global tengah berperang melawan resesi. Namun, hal itu justru tak berimbas pada ekonomi nasional.
Menurutnya, ekonomi Indonesia mampu tumbuh meski sedikit berdampak akibat guncangan ekonomi global yang tidak menentu.
"Apa alasan kita untuk kita mengatakan resesi. Global memang akan melambat (ekonomi), tapi bukan berati kita juga akan ikutan resesi. Kita (Indonesia) akan terdampak negatif iya, tapi tidak membuat kita tumbuh negatif," kata Piter Abdullah kepada Tribunnews.com, Senin (7/11/2022).
Lebih lanjut, Piter mengatakan, meski bayang-bayang resesi global, ekonomi nasional mampu tumbuh positif sesuai prediksi pemerintah yang memperkirakan ekonomi nasional bakal tumbuh diangka 5 persen pada triwulan ke III.
"Kita tidak akan tumbuh negatif, diperkirakan akan tumbuh sekitar 5 persen. Itu sudah terdampak oleh kondisi global, kalau kondisi globalnya membaik ya kita bisa tumbuh diatas 5 persen. Jadi enggak perlu kekhawatiran terkait resesi global," tuturnya.
Piter menegaskan, perekonomian Indonesia justru tengah mengalami peningkatan dalam proses pemulihan, pada triwulan III, ekonomi nasional diyakini akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I dan II.
Baca juga: Ekonomi Melejit 5,72 Persen, Pemerintah Optimistis Mampu Hindari Ancaman Resesi
"Artinya perekonomian kita justru membaik ditengah kondisi yang dikhawatirkan tadi resesi global. Perekonomian kita mengalami surplus perdagangan yang tidak berhenti dan tidak putus mulai dari akhir tahun 2020," tegasnya.
Selain itu, Piter menambahkan, perekonomian Indonesia terbukti baik-baik saja. Kata dia, hal itu tergambar oleh survei indeks keyakinan konsumen, purchasing manager index serta index penjualan ril, menunjukkan indikator yang positif.
"Ditengah kondisi yang sangat sulit, global yang sudah mengalami kesulitan mulai dari krisis pangan, krisis energi yang disebabkan oleh perang Ukraina, utamanya di Eropa, kita (Indonesia) kan tidak apa-apa sekarang," ujar dia.
"Kita itu sekarang dalam kondisi yang membaik, di dorong oleh mereda nya Pandemi Covid-19. Sekarang ini kan mobilitas masyarakat membaik, confidence masyarakat itu membaik dan konsumsi kita naik," sambungnya.