Saat Ekonomi Global Lesu, Sektor Manufaktur pada Kuartal III 2022 Tumbuh 4,83 Persen
Pada triwulan III 2022, sumbangsih sektor manufaktur mencapai 16,10 persen, naik dibanding triwulan II-2022 di angka 16,01 persen.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor manufaktur terus menunjukkan geliat positif di tengah berbagai ketidakpastian ekonomi global.
Di mana industri pengolahan nonmigas berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,83 persen pada kuartal ketiga tahun 2022.
Tentu saja, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tepatnya sebesar 4,12 persen.
Baca juga: Purchasing Manager Index Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif saat Ekonomi Global Tidak Menentu
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengapresiasi para pelaku industri di Indonesia yang masih bergairah di tengah lesunya perekonomian global.
"Alhamdulillah, pertumbuhan industri manufaktur pada triwulan III-2022 juga lebih baik dibandingkan periode sebelumnya pada triwulan II-2022 yang mencapai 4,33 persen," tutur Agus, Selasa (8/11/2022).
Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui pelaksanaan berbagai program dan kebijakan strategis.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan nonmigas menjadi sektor yang konsisten dalam memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB nasional.
Baca juga: Aktivitas Manufaktur Berkontraksi, Ekonomi China Semakin Menyusut
Pada triwulan III-2022, sumbangsih sektor manufaktur mencapai 16,10 persen, naik dibanding triwulan II-2022 di angka 16,01 persen.
"Dengan adanya andil besar dari sektor industri manufaktur, ekonomi kita terus tumbuh positif, yang pada triwulan III-2002 mencapai 5,72 persen, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya (5,45 persen). Bahkan, naik signfikan dibanding periode yang sama tahun lalu sekitar 3,51 persen. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat dibanding negara-negara lain," ungkap Menperin.
Adapun beberapa sektor industri yang mencatatkan kinerja pertumbuhan yang gemilang pada triwulan III-2022, antara lain industri logam dasar yang tumbuh sebesar 20,16 persen.
Capaian ini didorong oleh peningkatan produksi besi dan baja serta naiknya permintaan dari luar negeri.
Selanjutnya, industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 17,67 persen, disusul industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik (12,56 persen), serta industri alat angkutan (10,26 persen).
"Pertumbuhan pesat di subsektor ini karena adanya kebijakan pemerintah meningkatkan permintaan domestik, antara lain ketika kita melakukan relaksasi PPnBM, yang dampaknya luar biasa terhadap market dan juga program P3DN yang turut mendorong penyerapan produk dalam negeri," terang Agus.
Berikutnya subsektor industri yang terindikasi terdampak melemahnya perekonomian global, misalnya industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, industri barang galian bukan logam, serta industri furnitur.
"Kita akan kembalikan lagi kinerjanya agar lebih baik. Melambatnya ini antara lain karena permintaan dari luar negeri terganggu karena tekanan ekonomi global, khususnya di Eropa. Selain itu inputnya yang cukup tinggi, berkaitan bahan baku baik ketersediaan maupun harga. Salah satunya karena menguatnya Dollar Amerika Serikat," ucap Menperin.