Kemenparekraf dan DRRC UI Verifikasi Lapangan Sejumlah Desa Wisata di Sumatera Barat
Sejumlah desa wisata di Sumatera Barat juga menerima Anugerah Desa Wisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Muhammad Zulfikar
![Kemenparekraf dan DRRC UI Verifikasi Lapangan Sejumlah Desa Wisata di Sumatera Barat](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/drrc-ke-sumbar.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sumatera Barat selama ini dikenal dengan kekayaan kulinernya yang luar biasa dan kaya rasa.
Provinsi Sumatera Barat juga dikenal memiliki destinasi wisata yang indah dan adat budaya yang mempesona.
Sejumlah desa wisata di provinsi ini juga menerima Anugerah Desa Wisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Diantaranya, Nagari Pariangan dan Nagari Sumpu di Kabupaten Tanah Datar, Nagari Silokek di Kabuoaten Sijunjung, Green Talao Park Ulakan di Kabupaten Padang Pariaman dan Desa Apar di Kota Pariaman.
Baca juga: Perkuat Destinasi Desa Wisata, FKL ke-5 Diselenggarakan di Alamendah Bandung
“Adat Makan Bajambah ini kami warisi secara turun menurun. Secara sederhana prosesi ini adalah upaya tamu meminta izin untuk menikmati hidangan yang telah disajikan oleh tuan rumah atau prosesi tersebut disebut juga dengan betatah betitih," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nagari Sumpu, Zuherman tentang tradisi menikmati kuliner di daerah ini.
Dia menjelaskan, satu bajambah awalnya dipersiapkan untuk empat orang. Setiap daerah di ranah minang memiliki keunikan sendiri terkait adat ini. "Salah satunya adalah di Nagari Sumpu ini, kami menambahkannya dengan Sawo Sumpu,” ungkap Zuherman.
Pada 6-8 November 2022, Prof Fatma Lestari beserta tim dari DRRC Universitas Indonesia, dosen, mahasiswa, dan alumni serta perwakilan Kemenparekraf melakukan verifikasi lapangan dan memberikan materi pelatihan P3K dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) serta mendonasikan perlengkapan P3K kepada pengelola desa wisata dan Pokdarwis Nagari Pariangan, Nagari Sumpu, Nagari Silokek, Green Talao Park Ulakan, Desa Wisata Apar.
Selain untuk memberi rasa aman juga nyaman kepada pengunjung dan pengelola, kegiatan yang masuk dalam program Kedaireka UI-Kemenparekraf RI ini juga mengajak para pelaku desa wisata menjadikan wisata di daerahnya berkelas dunia.
Prof. Fatma Lestari yang juga pengusul program tersebut menyampaikan, salah satu aspek yang diperlukan dan Indonesia paling rendah nilainya adalah terkait CHSE (Celanliness, Health, Safety & Environment) dan mitigasi kebencanaan.
“Program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI ini dilakukan untuk mewujudkan desa wisata berkelas dunia melalui implementasi CHSE. Saya sebagai juri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dan pengajar di Departeman K3, FKM UI melihat potensi DeWi di Indonesia untuk masuk ke kancah internasional sangat besar," ujarnya seperti keterangan pers yang dikutip Kamis, 10 November 2022.
Baca juga: Bertemu Budayawan dan Pengusaha, Sandiaga Dorong Sektor Wisata Jadi Penggerak Ekonomi
Terkait implementasi CHSE dan Kebencanaan yang masih belum sempurna dia optimis hal tersebut dapat tercapai melalui kolaboraksi. "Dalam verifikasi lapangan saja kami melibatakan dosen, alumni, mahasiswa UI, Kemenparekraf RI, jurnalis, dan tinggal unsur perusahaan yang belum," ujarnya.
Pada hari terakhir verifikasi lapangan program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI dilakukan audiensi dengan Kepala Dinas Provinsi Sumatera Barat, Luhur Budianda SY di kantornya dan dipaparkan tentang program kedaireka tersebut dan rangkaian kegiatan verifikasi di delapan desa wisata perwakilan Provinsi Sumatera Barat.
“Tahun depan kami di Dispar Sumbar akan identifikasi risiko dan kebencanaan wisata seperti apa HSE nya. Sehingga kedepannya kita akan tahu mana potensi bencana tinggi dan rendah sehingga tahu rencana aksi kita kedepannya seperti apa. Sudah kita canangkan dan akan kita laksanakan sebaik-baiknya," ungkap Luhur.
Dia menambahkan, Sumbar kini menjadi daerah yang berkembang dan pihaknya membuka membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak mana saja termasuk dengan Universitas Indonesia (UI) demi menciptakan desa wisata yang memenuhi standar HSE dan siaga bencana.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.