Joe Biden dan Xi Jinping Diharapkan Inisiasi Pembicaraan Berbagai Persoalan Global di KTT G20 Bali
Kehadiran Joe Biden dan Xi Jinping di KTT ini diharapkan bisa mendorong inisiatif menyelesaikan sejumlah persoalan
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan diselenggarakan selama dua hari pada 15-16 November 2022 mendatangdi Nusa Dua, Bali.
Sebelum kegiatan inti tersebut berlangsung, setahun belakangan ini telah banyak dilakukan rangkaian kegiatan pertemuan-pertemuan pendahulu.
Baca juga: Ekonom: Presidensi Indonesia di G20 Bisa Angkat Isu Ekonomi Negara Berkembang
Penyelenggaraan rangkaian kegiatan KTT G20 sendiri telah membawa dampak langsung sekaligus membawa peluang besar bagi Indonesia.
Dalam perhelatan KTT G20, Presiden Joko Widodo memastikan sebanyak 17 kepala negara akan hadir dalam acara tersebut.
Diantara 17 kepala negara yang hadir, diantaranya Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.
Menurut Prof. Dr. Muhammad Azhar, hadirnya Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di KTT ini diharapkan bisa mendorong inisiatif menyelesaikan sejumlah persoalan.
Diantaranya soal perdamaian dunia, mendamaikan Rusia-Ukraina, bekerjasama untuk ketahanan pangan global terutama di negara-negara miskin dan sama-sama membantu mengurangi polusi udara global untuk perbaikan climate change.
Baca juga: Ini Kehormatan Untuk Kita Kata Kapolri Berikan Semangat Ke Jajaran Brimob Jaga KTT G20
“Kehadiran kedua pemimpin negara, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di perhelatan KTT G20, sebuah penghormatan bagi kita bangsa Indonesia. Ini perhelatan dunia, dimana Indonesia memiliki peran penting sebagai negara yang berpengaruh,” kata Prof. Muhammad Azhar dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Sabtu (12/11/2022).
“Dunia berharap Presiden Joe Biden dan Xi Jinping bisa menginisiasi sejumlah persoalan global seperti global peace, mendamaikan Rusia-Ukraina, bekerjasama untuk ketahanan pangan global terutama di negara-negara miskin dan sama-sama membantu mengurangi polusi udara global untuk perbaikan climate change,” ujarnya.
Baca juga: Pihak Imigrasi di Jakarta Amankan 2 WN China yang Akan Demo KTT G20 di Bali
Muhammad Azhar juga menekankan agar NATO lebih dipriorientasikan pada ketahanan pangan global, ketersediaan sumber energi yang ramah lingkungan. Bukan semata mata ketahanan militeristik.
Tak kalah penting, kedua negara perlu membangun kerjasama pengembangan sains yang berorientasi kemanusiaan, misalnya penyediaan vaksin dan obatnya yang murah bagi negara miskin.