Hingga 2024, Kemenperin Targetkan Ekspor Bumbu Masakan dan Rempah Mencapai 2 Miliar Dolar AS
Idustri cooking aid dapat memanfaatkan rantai produksi global dengan terus meningkatkan inovasi produk setelah adanya program Spice Up the World.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan program Spice Up the World untuk meningkatkan ekspor bumbu masakan dan rempah, serta pengembangan restoran Indonesia di luar negeri.
Target program tersebut hingga tahun 2024 yaitu peningkatan nilai ekspor bumbu dan rempah menjadi 2 miliar dolar AS, serta hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri.
Melalui program tersebut, diharapkan industri cooking aid dapat memanfaatkan rantai produksi global dengan terus meningkatkan inovasi produk, packaging dan branding, sehingga produk makanan dan minuman yang diproduksi di tanah air dapat diterima oleh pasar dunia.
Baca juga: Kembalikan Kejayaan, Asosiasi Rempah Nasional dan TCI Siapkan Transformasi Digital Jalur Rempah
Industri cooking aid (bumbu masak) seperti kecap, sambal, saus tomat dan bumbu masakan merupakan produk yang memiliki neraca perdagangan positif.
Pada tahun 2022 (Januari-September), ekspor cooking aid Indonesia mencapai 175,8 juta dolar AS, sementara impor produk sejenis senilai 90,5 juta dolar AS.
Produk unggulan ekspor cooking aid Indonesia didominasi oleh bumbu masak dan kecap, sementara untuk produk saus dan olahannya masih cukup besar nilai impornya.
Saat ini Indonesia masih berada di posisi ke-15 untuk negara eksportir cooking aid di dunia.
"Dengan kekayaan bahan baku rempah dan keragaman bumbu masak Indonesia, ini tentu menjadi potensi untuk terus ditingkatkan ekspornya," tutur Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, Senin (29/11/2022).
Perusahaan industri cooking aid minuman kemasan PT Heinz ABC Indonesia baru saja melakukan peresmian ekspansi pabriknya di Karawang, Jawa Barat.
Perusahaan dengan merek dagang ABC tersebut menambah investasinya sebesar Rp 1,2 triliun untuk line produksi di Karawang Plant.
Dengan penambahan investasi tersebut, total investasi di Karawang Plant menjadi Rp 2 triliun.
"Penambahan investasi ini tentunya sangat penting dan merupakan kabar baik dalam upaya menggerakkan kembali ekonomi nasional melalui penyediaan lapangan kerja dan memberikan kesempatan serta manfaat bagi usaha kecil, koperasi, juga usaha pendukung lainnya agar dapat berkembang bersama," ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Sekjen Kemenperin) Dody Widodo.