Hadapi Ancaman Resesi Tahun Depan, Perencana Keuangan Sarankan Miliki Uang Tunai yang Cukup
Tak hanya uang tunai cukup, masyarakat juga perlu ada pengelolaan pada jumlah cicilan dan pinjaman.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi finansial pribadi menjadi perhatian dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi global pada 2023.
Perencana keuangan Prita Ghozie mengungkap apapun situasinya, seseorang harus tetap siap secara finansial.
Selain siap, perlu juga kuat secara finansial. Hal itu dapat dicapai melalui kepemilikan uang tunai yang cukup.
"Ada sebuah studi penelitian yang mengatakan jika seseorang memiliki kas tunai yang cukup, maka hidupnya akan lebih bahagia," kata Prita dalam acara MOFEST 2022 di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (1/12/2022).
Baca juga: Hadapi Tantangan Resesi, Sandiaga Uno: Desa Wisata Jadi Solusi Kebangkitan Ekonomi Indonesia
Ia memberi contoh kasus hidup bahagia bila memiliki uang tunai yang cukup.
Seseorang akan merasa senang ketika melihat ada saldo cukup di layar ATM.
Berbeda ketika layar ATM itu menunjukkan bahwa tidak ada saldo tersisa.
"Kita tidak bisa mengatur musibah atau ujian kehidupan. Tapi, pada saat kita punya enough cash, kita akan mudah untuk menghadapi ujian tersebut," ujar Prita.
Selain itu, ia mengatakan orang akan lebih mampu mencari jalan keluar saat tidak kelimpungan menangani situasi finansial.
Tak hanya uang tunai cukup, Prita menyebut perlu ada pengelolaan pada jumlah cicilan dan pinjaman.
"Parameternya begini. Cicilan kita itu maksimal 30 persen dari pemasukan. Sedangan pinjaman hanya boleh setengah dari aset yang kita punya. Jadi, kalau teman-teman punya aset yang 50 juta, pinjamannya maksimal hanya boleh 25 juta," katanya.
Bagi orang yang ingin berinvestasi, namun terbatas secara finansial, Prita berujar lebih baik berhemat.
Lalu, jangan ambil investasi yang terlalu berspekulatif.
"Takutnya kalau kondisinya tidak baik buat kita, nanti investasi kita enggak bisa dicairkan secara cepat," ujarnya.