Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IMF: Perlambatan Ekonomi China Berdampak Negatif Bagi Asia

Sektor bisnis China terus mengalami perlambatan akibat kebijakan pembatasan wilayah yang diberlakukan Presiden Xi Jinping

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
zoom-in IMF: Perlambatan Ekonomi China Berdampak Negatif Bagi Asia
Wikipedia
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan perlambatan ekonomi China dapat memicu kontraksi lebih lanjut bagi prospek ekonomi Asia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyatakan perlambatan ekonomi China dapat memicu kontraksi lebih lanjut bagi prospek ekonomi Asia.

Peringatan tersebut disampaikan karena sektor bisnis China terus mengalami perlambatan akibat kebijakan pembatasan wilayah yang diberlakukan Presiden Xi Jinping untuk menghentikan penularan baru virus Covid-19 di negaranya.

Selain menekan aktivitas ekonomi domestik, aturan nol Covid juga telah memicu terputusnya rantai pasokan produsen di seluruh dunia.

Kondisi ini yang kemudian membuat prospek ekonomi Asia anjlok, mengingat China sendiri merupakan salah satu produsen komoditas terbesar di dunia.

Alhasil, ketika perekonomiannya melambat, negara lain yang menjadi konsumen China ikut terdampak.

Hal itu ikut memperburuk kondisi negara – negara di Asia yang sebelumnya telah mengalami perlambatan, imbas ancaman perang di Ukraina serta pengetatan keuangan global.

Berita Rekomendasi

Negara-negara ASEAN hanya diproyeksikan tumbuh sebesar 5 persen di tahun ini, seperti yang dilansir dari Al Jazeera.

Baca juga: Bursa Saham Asia-Pasifik Jatuh di Tengah Perubahan Aturan Covid-19 di China

"Tantangan global mendesak lainnya adalah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4 persen di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat," kata Georgieva pada forum ASEAN+3 yang diadakan di Singapura hari Jumat (2/12/2022).

Imbas dari perlambatan ekonomi China juga memaksa sejumlah negara berkembang di kawasan Asia untuk menaikkan suku bunga, guna memerangi arus keluar modal yang disebabkan lonjakan inflasi, di tengah kondisi perekonomian global yang tengah rapuh.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Imbas Pelonggaran Pembatasan Covid-19 di China

“Kami sudah melihat risiko pengetatan agresif kebijakan moneter AS untuk melawan inflasi, yang dapat memicu pembalikan aliran modal secara tiba-tiba atau depresiasi mata uang yang tajam," ungkap Presiden Bank Pembangunan Asia, Masatsugu Asakawa.

Meski pasar Asia kini tengah menghadapi sejumlah tekanan, namun Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, mengatakan bahwa pihaknya belum melihat adanya risiko krisis keuangan baru atau hilangnya kepercayaan konsumen secara tiba-tiba.

Namun demi mencegah terjadinya kontraksi lanjutan imbas terpengaruh pelemahan ekonomi China, Kuroda mengingatkan agar semua pihak untuk tidak berpuas diri dan tetap waspada terhadap segala resiko yang dapat memicu perlambatan ekonomi .

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas