Badak LNG Kelola Sampah Berbasis Investasi, Ini Manfaat yang Diperoleh Masyarakat
Mohammad Irfan Hidayat, mengatakan program Salin Swara merupakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) Badak LNG
Penulis: Sanusi
Editor: Muhammad Zulfikar
Selain memasok kebutuhan bahan baku limbah aluminium, Badak NGL memberikan bantuan alat peleburan dan mendatangkan tenaga ahli teknologi peleburan dari Pulau Jawa untuk memberikan pelatihan kepada anggota Telihan Recycle.
Koordinator Lapangan Telihan Recycle Alfian, mengatakan dalam memproduksi baling-baling kapal, pihaknya sebagian besar memanfaatkan limbah aluminium dari Badak NGL. Selain itu, ada juga limbah panci, kampas rem, dan sampah aluminium lainnya dari rumah tangga, bengkel maupun pengepul yang ada di sekitar wilayah Bontang.
“Limbah tersebut dilebur lalu dibentuk menjadi baling-baling kapal atau juga menjadi batangan ingot dengan kemurnian hingga 98 persen,” katanya.
Baca juga: PIS Resmi Kerja Sama dengan NYK, Siap Gempur Pasar LNG Internasional dan Kembangkan Green Business
Pembuatan batangan ingot ini untuk menjaga tingkat kemurnian aluminium serta menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada sampah aluminium. Dari 100 kg sampah alumunium, setelah dilebur didapat ingot dengan bobot sekitar 70 kg. Dari 1 kg ingot bisa untuk memproduksi 4-5 unit baling-baling kapal.
“Selama produksi baling-baling kapal sejak 3-4 bulan lalu, Telihan Recycle mempekerjakan lima pekerja dengan standar gaji UMR sekitar Rp3 jutaan per bulan,” katanya.
Alfian berharap Badak LNG ke depan bisa juga membantu dalam memperluas pemasaran dan promosi produk baling-baling Telihan Recycle. Dukungan promosi itu diharapkan dapat meningkatkan penjualan baling-baling dan memperluas area penjualan.
Adapun di Bontang Kuala, tambah Irfan, pihaknya memberikan pendampingan pada perajin perahu untuk pembuatan perahu dari limbah polyurethane. Hingga kini ada dua perahu buatan perajin Bontang Kuala yang memanfaatkan limbah polyurethane perusahaan.
Dari informasi nelayan pembuat perahu dari limbah polyurethane, daya tahan perahu lebih kuat 10 kali lipat dibandingkan perahu berbahan kayu. “Intinya, limbah kami benar-benar terserap 100 persen,” kata Irfan.