Jerman Makin Rakus Konsumsi Batubara di Tengah Krisis Energi
Penggunaan batubara kembali populer di Jerman tahun ini, karena sulitnya pasokan minyak mentah
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT - Penggunaan batubara kembali populer di Jerman tahun ini, karena sulitnya pasokan minyak mentah memaksa Jerman kembali beralih menggunakan batubara sebagai bahan bakar.
Kantor Statistik Jerman (Destatis) melaporkan lebih dari sepertiga atau 36,3 persen listrik yang dialirkan ke jaringan listrik Jerman antara Juli dan September bersumber dari pembangkit listrik tenaga batu bara, dibandingkan dengan 31,9 persen pada kuartal ketiga 2021.
Dilansir dari Reuters, penggunaan batu bara telah lama dikecam oleh Partai Hijau Jerman, yang memimpin beberapa kementerian utama pemerintah. Konsumsi batu bara ditetapkan akan dihapus pada 2030, namun perang Rusia dengan Ukraina dan pembatasan ekspor gas membuat batu bara kembali digunakan.
Output pembangkit batu bara menjadi tenaga listrik naik 13,3 persen cara year-on-year menjadi 42,9 Terawatt hour (TWh) pada periode Juli hingga September, di mana keseluruhan output daya Jerman sebesar 118,1 Terawatt hour, lebih tinggi dari periode yang sama pada 2021 sebesar 0,5 persen, kata Destatis.
Pembangkitan listrik tenaga gas naik sedikit meskipun harga gas melonjak, sementara output pembangkit listrik tenaga angin dan air rendah, dan produksi nuklir di ekonomi terbesar Eropa itu juga turun pada periode Juli hingga September.
Di bawah ancaman kekurangan pasokan gas, beberapa pembangkit batu bara yang telah ditutup atau dibiarkan sebagai sumber cadangan kembali memasuki pasar Eropa tahun ini, namun di sebagian besar negara jumlahnya masih terbatas.
Baca juga: Jerman Habiskan 500 Miliar Dolar AS untuk Menopang Pasokan Energi Sejak Konflik Rusia-Ukraina
"Hanya di Jerman, dengan 10 gigawatt (GW), pembalikan pada skala yang signifikan. Ini telah meningkatkan pembangkit listrik batubara di Uni Eropa, yang diperkirakan akan tetap pada level yang lebih tinggi ini untuk beberapa waktu pasar batubara tahunan," kata International Energy Agency (IEA) dalam sebuah laporan.
Konsumsi batu bara global mencapai rekor tertinggi mencapai lebih dari 8 miliar ton tahun ini, dengan Jerman salah satu yang tertinggi dengan kenaikan 19 persen atau 26 juta ton dibandingkan pada 2021, tambah IEA.
Baca juga: Lembaga Ekonomi: Resesi di Jerman Lebih Ringan dari yang Diperkirakan
Alih-alih mematikan 1,6 Gigawatt pembangkit listrik berbahan bakar lignit atau batu bara coklat pada akhir tahun ini seperti yang direncanakan, pemerintah Jerman telah mengeluarkan izin untuk pemangkit listrik berbahan bakar tersebut hingga Maret 2024.
Jerman telah menciptakan "cadangan pengganti gas" dengan total kapasitas 11,6 Gigawatt. Ini termasuk 1,9 Gigawatt lignit dan 4,3 Gigawatt pembangkit listrik batu bara keras yang diizinkan kembali ke pasar bahan bakar hingga 2024, kata laporan IEA.
Penonaktifan 2,6 Gigawatt kapasitas tenaga batu bara keras dan kapasitas lignit 1,2 Gigawatt telah ditunda.
Sejak Destatis mulai menyusun data statistik pada 1990, tahun ini kemungkinan besar akan menjadi tahun pertama Jerman menjadi pengekspor bersih listrik ke Prancis, bukan sebaliknya, kata kantor statistik Jerman.
Namun IEA menambahkan, karena adanya perkiraan peningkatan produksi listrik dari energi terbarukan dan pemulihan ketersediaan tenaga nuklir Prancis, Jerman harus kembali menjadi pengimpor listrik bersih dalam beberapa tahun mendatang.