Pagi Ini Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp15.630 per Dolar AS
The Fed minggu lalu memproyeksikan setidaknya 75 basis poin tambahan kenaikan biaya pinjaman pada akhir tahun 2023.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.630 pada Senin pagi pukul 09.35 WIB (26/12/2022).
Sebelumnya pada Jumat sore (23/12/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.593
Jika dilihat lebih detail, rupiah mengalami pelemahan 37 poin.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi melemah pada penutupan sore nanti.
Baca juga: Jika Hal Ini Terjadi, Gubernur BI Yakin Nilai Tukar Rupiah Bakal Perkasa di Tahun Depan
"Untuk perdagangan Senin (26/12), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.580 hingga Rp15.650," ucap Ibrahim dalam analisanya di akhir pekan kemarin, (23/12/2022).
Ibrahim mengungkapkan, fluktuasi rupiah utamanya terdampak sentimen pergerakan indeks dolar AS.
Pada Jumat kemarin (23/12), pelemahan rupiah terdorong faktor eksternal maupun internal.
Untuk faktor eksternal, indeks dolar AS naik terhadap sebagian besar mata uang utama setelah data AS menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang dapat membuat Federal Reserve hawkish lebih lama.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat kurang dari yang diharapkan minggu lalu, menunjuk ke pasar tenaga kerja yang masih ketat, sementara ekonomi pulih lebih cepat pada kuartal ketiga dari perkiraan sebelumnya.
Ditambah lagi Fed minggu lalu memproyeksikan setidaknya 75 basis poin tambahan kenaikan biaya pinjaman pada akhir tahun 2023.
Bank telah menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 425 basis poin tahun ini dari mendekati nol hingga kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen tertinggi sejak akhir 2007.
Sementara untuk faktor internal, fluktuasi rupiah terdorong sentimen ramalan para ekonom yang menilai perekonomian Indonesia melanjutkan kinerja yang cukup apik.
Hal ini terlihat dari berbagai indikator yang tetap baik dan membaik.
Sedangkan salah satu indikator yang mendukung adalah, angka inflasi di dua bulan terakhir dapat dikendalikan oleh Pemerintah, sehingga secara year to date inflasi baru mencapai 4,82 persen pada November.
Jika kita gunakan asumsi tingkat inflasi rata-rata di bulan Desember, maka inflasi akhir tahun 2022 diperkirakan berada pada kisaran 5,4 persen hingga 5,6 persen lebih baik dibandingkan dengan konsensus pasar yang memperkirakan inflasi akhir tahun bisa tembus 6,7 persen.
Indikator selanjutnya adalah kinerja neraca perdagangan Indonesia masih sangat baik dengan dukungan sektor komoditas.
"Pada bulan November, neraca Perdagangan mencatatkan angka 5,16 miliar dolar AS atau melanjutkan surplus sepanjang 31 bulan terakhir," pungkas Ibrahim.