Kaleidoskop 2022: Sejumlah Negara yang Masuk Jurang Resesi
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan pada Kamis (8/12/2022) bahwa resesi di AS tidak bisa dihindari.
Editor: Muhammad Zulfikar
Sementara Yellen pada Kamis mengatakan AS telah "mendengarkan dengan sangat hati-hati" para sekutu dan mencoba memahami keprihatinan mereka atas dorongan Washington untuk memacu teknologi ramah iklim di Amerika.
Baca juga: Ada Gejolak Resesi, Kinerja Industri Asuransi Nasional Diprediksi Tetap Kinclong
"Saya pikir tujuan Kongres adalah memastikan kami memiliki rantai pasokan yang aman, dan mencoba memasukkan sekutu kami ke dalamnya," katanya.
Saat ditanya apakah dia memiliki rencana untuk mengunjungi China setelah pertemuan Presiden Joe Biden dengan pemimpin China Xi Jinping, Yellen mengatakan dia belum memiliki rencana yang pasti namun dia tidak menutup kemungkinan pertemuan itu akan terjadi.
Perang di Ukraina Memicu Resesi Global
Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan perang yang terjadi di Ukraina dapat memicu resesi global, lonjakan harga pangan dan energi, serta ketersediaan pupuk.
Malpass menambahkan, perekonomian Jerman sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia, telah melambat secara substansial yang dipengaruhi oleh kenaikan harga energi yang tinggi.
Dia juga mengungkapkan, pengurangan produksi pupuk dapat memperburuk kondisi di negara-negara lain.
“Ketika kita melihat PDB (Produk Domestik Bruto) global sulit sekarang untuk melihat bagaimana kita menghindari resesi,” kata Malpass dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang AS, yang dikutip dari Reuters.
Malpass mengatakan ekonomi Ukraina dan Rusia diperkirakan akan mengalami kontraksi yang siginifikan.
Sedangkan perekonomian wilayah lainnya seperti Eropa, China dan Amerika Serikat akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.
Dia juga mengungkapkan, negara-negara berkembang semakin terguncang karena menghadapi kekurangan pasokan pupuk, persediaan pangan, serta pasokan energi.
Baca juga: Hadapi Potensi Resesi di 2023, Dana Desa Difokuskan untuk Ketahanan Pangan
“Gagasan harga energi dua kali lipat sudah cukup untuk memicu resesi dengan sendirinya,” tambahnya.
Sementara itu di China, Malpass mengatakan perlambatan pertumbuhan yang relatif tajam disebabkan oleh pandemi Covid-19, inflasi dan krisis real estat yang sebelumnya dihadapi negara tersebut.
Pada bulan lalu, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk tahun ini, dari 4,1 persen menjadi 3,2 persen, karena dampak dari invasi Rusia ke Ukraina. Malpass mengatakan, komponen terbesar dari pengurangan perkiraan pertumbuhan global adalah kontraksi sebesar 4,1 persen yang terjadi di kawasan Eropa dan Asia Tengah.
Perkiraan pertumbuhan juga dipotong untuk negara maju dan banyak negara berkembang, karena lonjakan harga pangan dan energi yang disebabkan oleh gannguan pasokan akibat perang yang terjadi di Ukraina.
Malpass tidak memberikan rincian mengenai kapan resesi global akan dimulai.