Bupati Klaten Tolak Penggusuran Lahan Sawah untuk Tol Yogya-Solo, Beras Rojolele Terancam Punah
jika pembangunan jalan tol lingkar timur-selatan Kota Solo tetap dijalankan, maka akan berdampak pada hasil panen beras di Klaten.
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bupati Klaten, Sri Mulyani menolak rencana pembangunan jalan tol lingkar timur-selatan Kota Solo yang melalui wilayahnya.
Alasannya, karena jalan tol lingkar timur-selatan Kota Solo itu bakal menerjang sekitar 30 hektare sawah lestari di Klaten, Jawa Tengah.
Sebelumnya, sekitar 300 hektare sawah di Kabupaten Klaten juga telah habis dikukut proyek jalan tol Yogyakarta-Solo.
Baca juga: Tol Japek Padat saat Puncak Arus Balik Nataru, Kendaraan Dialihkan Lewat Jalan Tol Japek II Selatan
"Tidak, saya tidak setuju karena pertimbangan, bahwa tol PSN (proyek strategis nasional Yogya-Solo) yang saat ini direncanakan dibangun ini sudah menggunakan sawah lestari sekitar 300 hektare," ujarnya saat Tribun temui di Kantor Pemkab Klaten, Jawa Tengah, Selasa (3/1/2023).
Mulyani mengatakan, jika pembangunan jalan tol lingkar timur-selatan Kota Solo tetap dijalankan, maka akan berdampak pada hasil panen beras di Klaten.
"Nanti kalau ada tol lingkar selatan akan mengurangi sawah pertanian lagi, sehingga kasian anak cucu kita, nanti mau makan apa kalau sawah pertanian dipakai untuk tol terus," imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang ia terima, untuk lahan sawah di Klaten yang bakal diterjang tol lingkar timur-selatan Kota Solo sekitar 30 hektare. Puluhan hektare sawah itu, tersebar di delapan desa yang berada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Polanharjo, Delanggu dan Wonosari.
Tiga kecamatan ini memang dikenal sebagai lumbung beras Kabupaten Klaten. "Kalau untuk Klaten yang terdampak (tol lingkar selatan) 30-an hektare dari delapan desa. Ini cukup banyak karena LSD (lahan sawah dilindungi) kita juga sudah berkurang banyak untuk industri, pemukiman dan macam-macam," katanya.
Baca juga: Pikirkan Nasib Pertanian Klaten, Bupati Sri Mulyani Tolak Pembangunan Tol Lingkar Timur Selatan Solo
Ia pun berharap, dari pada membangun tol baru, jalan yang sudah ada diperbaiki dan diperlebar sehingga tidak mengancam lahan sawah di Klaten. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti membenarkan puluhan hektare sawah yang ada di tiga kecamatan diwacanakan bakal dilalui oleh proyek jalan tol lingkar timur-selatan Solo.
"Kemarin itu dari perhitungan, sawahnya itu yang kena tol sekitar 30 hektare yang bakal kena, kemungkinan besar. Tapi ini kan belum final ya," ujarnya.
Ia mengatakan, lahan sawah yang bakal digerus tol lingkar timur-selatan Solo di Klaten itu merupakan lahan sawah produktif yang bisa ditanami dua hingga tiga kali dalam setahun.
Dengan terus berkurangnya lahan pertanian tentu akan mempengaruhi luas tanam dan hasil panen beras di Klaten. "Satu hektare lahan sawah, bisa menghasilkan sekitar lima ton gabah kering giling. Itu dikalikan saja, berapa pengurangannya setiap panen kalau lahan itu hilang," ucapnya.
Ia mengatakan, sebelumnya lahan sawah di Klaten sudah berkurang juga sebanyak 375 hektare akibat pembangunan proyek jalan tol Yogyakarta-Solo.
Terpisah, Ketua KTNA Klaten Maryanto mengatakan pembangunan jalan tol lingkar Timur-Selatan Kota Solo akan berdampak pada pertanian lestari di Klaten. Diketahui lahan pertanian lestari di Klaten merupakan penghasil terbesar beras jenis Rojolele.
Baca juga: Tahun Baru 2023 Disambut dengan Kenaikan Tarif Cukai Rokok Hingga Jalan Tol
Padi varietas Rojolele dalam setahun hanya dua kali panen karena lamanya usia padi. Usia Rojolele ini bisa lima sampai enam bulan. Sementara untuk Srinuk dalam setahun bisa tiga kali panen.
Di Klaten ikon pertama adalah Rojolele yang sudah terkenal secara
nasional. Pengembangan Rojolele Klaten juga membuat yang terbaru Rojolele Srinuk dan Srinar. Bahkan Rojolele Srinuk merupakan beras premium dan harganya cukup mahal.
"Perlu diketahui bahwa lahan pertanian lestari di Klaten sudah ditetapkan dengan Perda. Sehingga apapun sebutannya tidak bisa diganggu perubahan kepentingan lain. Walaupun tanda petik ini untuk kepentingan negara atau publik," kata Maryanto.
Maryanto juga khawatir dengan adanya pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta bakal berimbas kepada ketahanan pangan dalam negeri.
"Bagaimana anak cucu kita nanti, jumlah penduduk kan pasti akan bertambah mereka butuh makan," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, sebanyak 50 desa di 11 kecamatan, di Kabupaten Klaten terdampak pembangunan Tol Yogyakarta-Solo. Adapun rinciannya, Desa Mendak dan Sidomulyo di Kecamatan Delanggu.
Lalu Desa Kranggan, Sidoharjo, Keprabon, Polan, Kahuman, Kapungan, dan Glagahwangi di Kecamatan Polanharjo. Kemudian Desa Kuncen, Kecamatan Ceper.
Baca juga: Jasa Marga Larang Angkutan Barang Lewati Ruas Jalan Tol Ini Ketika Masa Libur Natal dan Tahun Baru
Selanjutnya Desa Barenglor, Gergunung, Jebugan, di Kecamatan Klaten Utara. Lalu Desa Ngabeyan, Brangkal, Beku,Tarubasan, Jungkare, Kadirejo di Kecamatan Karanganom.
Selanjutnya Desa Kwaren, Majungan, Pepe, Tempursari, Kahuman, Ngawen, Senden, Gatak, Duwet, di Kecamatan Ngawen. Lalu Desa Malangjiwan, Karangduren, Mendem di Kecamatan Kebonarum.
Kemudian Desa Karangnongko, Demakijo, Jagalan, Gumul di Kecamatan Karangnongko.
Lalu Desa Tambakan, Tangkisan, Prawatan, Somopuro, Joton, Wonoboyo, Granting, Dompyongan, di Kecamatan Jogonalan. Kemudian Desa Borangan, Barukan, Nangsri, Taskombang, di Kecamtan Manisrenggo. Terakhir, Desa Joho, Kebondalem Lor, Kokosan, di Kecamatan Prambanan.
"Sekali lagi kami KTNA Klaten menolak rencana pembangunan tol lingkar Timur-Selatan Solo. Apapun alasan baik itu ekonomi, maupun itu jangka panjang atau lainnya," katanya. (Tribun Network/mur/kps/wly) (*)